Suku Serawai

tari Andun
seni budaya suku Serawai di Bengkulu
Suku Serawai, adalah suatu komunitas suku yang berdiam di kabupaten Bengkulu Selatan, tersebar di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna dan Seginim. Suku Serawai selain terpusat di Bengkulu, mereka terdapat juga di beberapa daerah di provinsi Sumatra Selatan.

Suku Serawai memiliki kebiasaan merantau ke daerah lain dengan minat yang sangat tinggi. Banyak dari masyarakat suku Serawai merantau ke daerah lain, mulai dari Sumatra Selatan hingga ke wilayah Lampung.

Asal-usul suku Serawai tidak diketahui secara pasti, karena tidak adanya bukti-bukti sejarah yang tersimpan dalam masyarakat suku Serawai. Beberapa cerita asal-usul suku Serawai diperoleh dari cerita orang-orang tua yang memang masih mengingat cerita asal usul mereka, walaupun sebenarnya cerita asal usul suku Serawai ini masih berbau dongeng. Ada satu tulisan yang ditemukan di makam Leluhur Semidang Empat Dusun yang terletak di Maras, Talo. Tulisan tersebut ditulis di atas kulit kayu dengan menggunakan huruf kuno. Namun sayangnya, para ahli sejarah belum bisa membaca tulisan kuno tersebut.

suku Serawai
Sedangkan istilah "serawai", pun belum jelas artinya, sebagian orang Serawai nya sendiri mengatakan bahwa serawai berarti "satu keluarga". Kalau makna itu benar, maka dapatlah dilihat rasa persaudaraan atau kekerabatan antar sesama suku Serawai sangat kuat (khususnya mereka yang menumpang hidup di komunitas suku bangsa lainnya/merantau).
Sementara itu pendapat lain mengenai arti dari kata Serawai,

  • serawai berasal dari kata sawai, yang berarti cabang, yang mengatakan wilayah pemukiman mereka berasal dari dua cabang sungai, yaitu sungai Musi dan sungai Seluma yang dibatasi oleh bukit Campang;
  • Pendapat lain serawai berasal dari kata seran, yang bermakna celaka. Hal ini berhubungan dengan legenda anak raja dari hulu yang dibuang karena terkena penyakit menular. Anak raja ini dibuang ke sungai dan terdampar di muara, kemudian di situlah anak raja tersebut membangun negeri. 
  • Terakhir kata serawai berasal dari kata selawai yang berarti gadis atau perawan, berdasarkan pada cerita yang mengatakan bahwa suku Serawai adalah keturunan sepasang suami-istri. Sang suami berasal dari Rejang Sabah (penduduk asli pesisir pantai Bengkulu) dan istrinya adalah seorang puteri atau gadis yang berasal dari Lebong. Dalam bahasa Rejang dialek Lebong, puteri atau gadis disebut Selaweie. Kedua suami-isteri ini kemudian beranak-pinak dan mendirikan kerajaan kecil yang oleh orang Lebong dinamakan Selawai.
Suku Serawai berbicara dalam bahasa Serawai, yang termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu Tengah, tetapi lebih tua dari bahasa Melayu nya sendiri
Bahasa Serawai oleh masyarakat Serawai dalam setiap katanya selalu menggunakan kata "au". Bahasa dan adat Serawai ini dipakai oleh masyarakat yang berada di distrik Pino, Ulu Manna, Manna, dan Bengkenang yaitu dalam : Marga Anak Gumai, Marga Tanjung Raya, Marga VII Pucukan, Marga Anak Lubuk Sirih, Marga Anak Dusun Tinggi, Sumbai Besar Manna, Sumbai Kecil Manna dan Luar Khalifah Manna.

Suku Serawai sebenarnya memiliki aksara tulisan sendiri, yang menurut para ahli sejarah disebut dengan nama huruf Rencong. Sedangkan suku Serawai menamakan aksara ini sebagai Surat Ulu. Tata cara dan susunan bunyi huruf pada Surat Ulu hampir sama dengan dengan aksara Kaganga. Jadi pada masa lalu dalam hubungan komunikasi antara para pemimpin suku Serawai dan suku Rejang dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan bentuk tulisan ini.

Masyarakat suku Serawai pada umumnya hidup pada sektor pertanian, khususnya perkebunan. Banyak dari mereka berusaha pada bidang tanaman perkebunan pada jenis tanaman keras, seperti cengkeh, kopi, kelapa, dan karet. Selain itu mereka juga mengusahakan tanaman pangan, palawija, hortikultura, dan peternakan untuk kebutuhan hidup. Di luar dari itu beberapa dari mereka memelihara hewan ternak untuk menambah penghasilan.

sumber:
  • word-dialect.blogspot.com
  • budayasukuserawai.blogspot.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain
sumber-foto:
  • blog.djarumbeasiswaplus.org
  • ahmadkanedi.com

8 comments:

  1. Mengapa suku suku di Sumatera banyak kesamaan nama dengan suku suku di kalimantan, lalu sebutan dukun di sumatera juga disebut balian sama dengan sebutan kami di kalimantan. apakah mungkin suku suku di sumatera adalah turunan dari suku suku di kalimantan yang kemudian masuk islam lalu menami diri Melayu? Kenapa kalau memeluk islam lalu berubah nama menjadi Melayu? Kenapa saya mengatakan hal itu karena sangat jelas bahwa sebelum menjadi detro maka dia adalah proto. nah proto dalam hal ini adalah suku suku asli seblum menjadi detro. Jadi sangatlah mungkin orang sumatera adalah pindahan dari kalimantan yang terjadi ribuan tahun yang lalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau dilihat dari latar belakang budaya, sepertinya memang banyak terdapat unsur kekerabatan antara suku-suku di sumatra dengan kalimantan. Selain kesamaan dalam hal bangsa proto malayan. Artinya sama-sama bangsa tua, sebagai penghuni pertama dari ras malayo.
      beberapa bahasa juga terdapat kemiripan, dan budaya seperti budaya suku mentawai dan nias.
      mengenai asal dari kalimantan, bisa saja itu terjadi atau juga sebaliknya. Tapi yang utama memang dahulunya mereka pastilah berkerabat bersumber dari satu tempat, yang akhirnya terpisah-pisah, mungkin oleh bencana alam, atau juga terjadi konflik di antara mereka sendiri.

      Delete
    2. mengenai menjadi melayu setelah memeluk Islam, sepertinya sudah menjadi tradisi sebagian besar suku-suku di indonesia. Karena pada masa lalu, suku-suku melayu yang telah beragama Islam suka menyebut suku-suku asli sebagai primitif, terbelakang, orang pedalaman dan lain-lain ... tapi beberapa dari mereka juga tidak mau kok disebut melayu, walau telah memeluk Islam, seperti batak mandailing, batak angkola dan lain-lain.

      Delete
  2. disini satu hal yang saya sebagai orang kalimantan kritisi yakni, jika Jawa dan Sumatera suku suku nya yang Islam itu tidak dikaitkan berasal dari mana mana tetapi kenapa orang Dayak di Kalimantan dkatakan datang dari Yunan? motif politik apa dibalik teori itu? Tidakkah bisa mengatakan bahwa orang Yunan berasal dari Kalimantan? Saya sangat yakin Borneo adalah pulau tua yang lebih dahulu dihuni oleh masyarakat aslinya oleh karena teori gletsierlah maka mereka menjadi pulau sendiri kemudian mengembara ke pulau lain di wilayah nusantara termasuk sampai ke formosa. Jadi kami sebagai orang kalimantan sudah tidak ingin dibodohi lagi oleh teori teori yang mengatakan bahwa orang Kalimantan berasal dari Yunan atau pun dari kepulauan Formosa. Yang benar adalah orang Formosa dan Yunan justeru berasal dari Kalimantan termasuk orang Sumatera dan Malaysia juga berasal dari Kalimantan. Hal itu terbukti bahwa asal muasal akar rumpun bahasa Melayu adalah Kalimantan Barat. Itu ditegaskan oleh James T Collins seorang Pakar Linguistik dari UKM.

    ReplyDelete
    Replies
    1. suku-suku di jawa dan suku-suku lain yang telah masuk Islam, sepertinya mereka menghapus atau tidak memelihara sejarah asal usulnya, mereka lebih suka disebut berasal dari melayu, tetapi beberapa situs di web, kadang2 suka membicarakan asal usul mereka dari mana, beberapa tradisi dan budaya dari laos dan kamboja memang mirip dengan budaya orang jawa. tapi mirip belum tentu benar, semua hanya perkiraan dari para penulis dan peneliti saja pak.

      mengenai suku dayak disebut dari Yunan, itu berdasarkan pergerakan teori migrasi bangsa-bangsa Austronesia yang berawal dari yunan, bergerak menuju Indochina, Formosa, Filipina, hingga ke pulau sumatra dan kalimantan. Benar atau tidaknya kita tidak tahu pasti, karena ini juga spekulasi para peneliti.

      bangsa-bangsa di wilayah china sejak ribuan tahun yang lalu sudah memiliki tradisi maritim, sehingga menyeberang lautan mungin bukan masalah bagi mereka.

      mengenai penyebaran hahasa dan bangsa yang berasal dari kalimantan, memang pernah diungkapkan oleh seorang pakar bahasa, James T. Collins, tetapi hasil pemikiran dari 1 orang saja, tidak cukup kuat untuk menggeser anggapan yang telah disetujui oleh banyak pihak, bahwa penyebaran bangsa-bangsa Austronesia berasal dari wilayah yunnan dan formosa, karena dari wilayah tersebut terdapat keragaman bahasa yang sangat berbeda antara suku yang satu dengan suku-suku yang lain. Tetapi semua tergantung kita juga, menerima atau tidak, karena kita semua memiliki pendapat masing-masing yang tentunya harus kita uraikan secara jelas agar dapat diterima oleh semua pihak.

      kalau kita katakan dulunya penyebaran bangsa pada saat sumatra dan kalimantan masih bersatu dengan daratan asia, hampir tidak mungkin terjadi penyebaran bangsa-bangsa, karena itu terjadi pada masa lebih dari 20.000 tahun yang lalu, itu justru lebih tua dari budaya bangsa-bangsa di asia sendiri, sedangkan di kalimantan masih seperti apa ya ? kita tidak tahu pasti kan ? semua hanya teori-teori yang tidak kuat, dan berbau spekulasi saja.

      tapi sebenarnya yang utama, adalah bahwa memang bangsa Dayak masih terkait kekerabatan dengan bangsa-bangsa di formosa, karena memang terdapat beberapa kesamaan kata dan istilah dalam bahasa2 yang digunakan.

      trims pak, atas masukannya, semoga masukan dari bapak bisa membuka pemikiran kita semua.

      salam kenal

      Delete
    2. Wah bapak yang dari Kalimantan, jangan segala hal dikaitkan dengan politik. Kegiatan ilmiah ditinjau dahulu dari sudut ilmu secara logika jika tidak ketemu baru boleh disebut ada tendensi politik. Jika suku-suku bangsa berasal dari Kalimantan tentu Kalimantan harusnya sudah lebih padat penduduknya dibanding Sumatera atau bahkan Jawa.

      Delete
  3. Tambahan, bahwa orang Lampung meski 100% Islam tidak pernah mengakui bahwa kami orang Melayu...

    ReplyDelete
  4. Kami orang serawai dan rejang bengkuku sangat enggan disebut melayu apalagi jawa, khusus untuk rejang dialeg kamu banyak sekali perbedaan dengan melayu...

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,