Suku Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur

suku Wae Rebo
Suku Wae Rebo, adalah salah satu suku yang terdapat kabupaten Manggarai, kabupaten Manggarai Timur dan kabupaten Manggarai Barat provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia. Populasi suku Wae Rebo diperkirakan sebesar 1.200 orang pada sensus tahun 2009.

Pemukiman suku Wae Rebo yang sudah berusia ratusan tahun ini termasuk desa yang terpencil, karena berada jauh dari perkampung lain di kabupaten Manggarai ini. Suku Wae Rebo pada umumnya memeluk agama Kristen Katolik.

Asal-usul suku Wae Rebo ini menurut cerita rakyat suku Wae Rebo, diceritakan berawal dari 2 orang bersaudara yang bernama Maro dan Bimbang yang hidup secara nomaden, menjelajah dari satu tempat ke tempat yang lain. Setelah menemukan daerah baru ini, Maro merasa cocok dengan daerah baru ini dan menempati lembah yang dikelilingi gunung-gunung yang akhirnya menjadi kampung bagi warga Wae Rebo. Namun, Bimbang tidak merasa betah, sehingga melanjutkan perjalanan untuk mencari daerah lain. 

pemukiman dan rumah adat suku Wae Rebo
Suku Wae Rebo memiliki rumah adat yang memiliki bentuk sangat unik. Rumah adat suku Wae Rebo ini tidak kalah uniknya dengan rumah adat suku Toraja di Sulawesi dan rumah adat suku Batak di Sumatra. Siapapun yang melihat rumah adat suku Wae Rebo ini akan takjub. Rumah-rumah adat ini merupakan peninggalan leluhur mereka yang telah berumur ratusan tahun. Rumah adat suku Wae Rebo ini dikenal dengan sebutan "Mbaru Niang", rumah yang berbentuk bundar kerucut. Rumah Mbaru Niang terdiri dari 5 tingkatan, dengan masing-masing tingkatan memiliki fungsi sendiri, yaitu:
  1. Lutur, yang berarti "tenda". Tingkatan ini digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat.
  2. Lobo, yakni "loteng", yang berfungsi menyimpan bahan makanan dan barang-barang.
  3. Lentar, digunakan untuk menyimpan benih padi, jagung, kacang dan lain-lain.
  4. Lempa Rae, sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan yang digunakan ketika gagal panen atau musim kemarau berkepanjangan.
  5. Hekang Kode, yang digunakan untuk menyimpan langkar, yakni semacam anyaman dari bambu berbentuk persegi guna menyimpan sesaji untuk dipersembahkan pada leluhur.

Masyarakat suku Wae Rebo pada umumnya hidup pada bidang pertanian. Mereka menanam padi, jagung, dan berbagai tanaman lain di ladang-ladang yang berada di pegunungan.

sumber:


sumber lain dan foto:
  • hifatlobrain.net
  • arsip-artikel-unik.blogspot.com

1 comments:

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,