Suku Pasemah (Besemah)

suku Pasemah
Suku Pasemah atau Besemah, adalah suatu masyarakat adat yang bermukim di daerah perbatasan provinsi Sumatra Selatan dengan provinsi Bengkulu. Wilayah pemukiman suku Pasemah meliputi daerah sekitar kota Pagar Alam, kecamatan Jarai, kecamatan Tanjung Sakti dan daerah sekitar kota Agung kabupaten Lahat. Wilayah pemukiman suku Pasemah ini berada dekat sekitar kaki Gunung Dempo.

Istilah Pasemah, terdapat dalam prasasti yang dibuat oleh balatentara raja Yayanasa dari Kedatuan Sriwijaya setelah penaklukan Lampung tahun 680 Masehi yaitu “Prasasti Palas Pasemah” ada hubungannya dengan tanah Pasemah. Dengan adanya prasasti ini, menunjukkan bahwa suku Pasemah, telah ada sejak sebelum abad 6 Masehi.

Masyarakat Pasemah, menyebut diri mereka sebagai orang Besemah. Saat ini, justru sebutan Pasemah yang populer di Indonesia ini, tidak banyak orang yang tahu dengan sebutan yang benar, yaitu Besemah.

Baghi
rumah tradisional suku Pasemah
Keberadaan suku Pasemah sendiri diperkirakan telah ada di wilayah Sumatra Selatan ini sejak ribuan tahun sebelum Masehi, bersama-sama suku Komering dan suku Lampung. Hanya saja sejak awal kedatangan, telah terpisah-pisah dan berbeda tempat pemukiman.

Suku Pasemah, kaya dengan nilai-nilai adat, tradisi dan budaya yang khas. Masyarakat di tanah Pasemah sejak dulu sudah memiliki tatanan dan aturan masyarakat yang bernama “Lampik Empat, Merdike Due” yakni, "Perwujudan Demokrasi Murni", yang muncul, berkembang, dan diterapkan sepenuhnya, oleh semua komponen masyarakat setempat.

Menurut masyarakat suku Pasemah, asal usul mereka diawali dengan kedatangan Atong Bungsu, sebagai nenek moyang orang Pasemah Lampik Empat, yang datang dari Hindia Muka, yang memasuki wilayah Sumatra Selatan menelusuri sungai Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim di dusun Benuakeling. Pada saat kedatangan si Atong Bungsu, ternyata sudah ada 2 suku yang terlebih dahulu menempati daerah itu, yaitu suku Penjalang dan suku Semidang. Mereka bersepakat untuk sepanjang hidup sampai anak keturunan tidak akan mengganggu dalam segala hal. Atong Bungsu menikah dengan putri Ratu Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih). Melalui keturunannya Puyang Diwate, Puyang Mandulike, Puyang Sake Semenung, Puyang Sake Sepadi, Puyang Sake Seghatus dan Puyang Sake Seketi, menjadi suatu kelompok masyarakat Jagat Besemah atau yang disebut sekarang sebagai suku Besemah (Pasemah).

Megalith
menunjukkan bahwa suku Pasemah
salah satu bangsa Proto-Malayan
hidup sejak zaman Megalith
Disebutkan, Atong Bungsu berkembang dan mempunyai keturunan. Keturunannya menyebar ke berbagai tempat dan membentuk beberapa kelompok, yaitu suku Sumbai Besar, Sumbai Pangkal Lurah, Sumbai Ulu Lurah, dan Sumbai Mangku Anom. Ke 4 suku ini disebut sebagai kelompok suku Lampik Empat. Jadi di wilayah Sumatra Selatan pada masa itu terdapat 6 suku yang menyatu dan membentuk suatu kelompok masyarakat yang memiliki tatanan demokrasi modern.
Dalam beberapa tulisan di beberapa situs internet, disebutkan bahwa Atong Bungsu sebagai nenek moyang suku Besemah berasal dari Majapahit. Agak sedikit membingungkan!, Karena orang Pasemah atau Besemah, telah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya atau bahkan sebelum masa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 6. Sedangkan Majapahit baru ada sejak abad 12. Mungkinkah suku Pasemah yang telah ada sejak abad 6, berasal dari nenek moyang yang hidup pada abad 12 ? hal ini perlu ditelaah lebih lanjut.. Suku Pasemah berasal dari Atong Bungsu, bisa diterima oleh akal, tetapi kalau berasal dari Majapahit, sepertinya tidak masuk akal. Karena orang Pasemah sendiri jauh lebih tua dari Kerajaan Majapahit, dan bahkan mungkin telah ada sebelum berdirinya Kerajaan Sriwijaya.

Orang Pasemah, adalah orang-orang yang pemberani dan memiliki sikap setia kawan terhadap siapapun yang dianggap telah menjadi kawan, serta loyal dan berkomitmen. Sikap dan kepribadian orang-orang Pasemah ini justru diakui oleh beberapa penulis Belanda di zaman kolonial.

sumber:
  • zulkaniahmad.blogspot.com
  • palembang.tribunnews.com
  • besemah.blogspot.com
  • gambar-foto: rejang-lebong.blogspot.com
  • gambar-foto: bilikbagus.blogspot.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain

9 comments:

  1. Sebagai salah satu keturunan orang Pasemah saya berani bilang jika sikap-sikap orang pasemah seperti pemberani dan memiliki sikap setia kawan terhadap siapapun yang dianggap telah menjadi kawan, serta loyal dan berkomitmen adalah benar adanya.

    Jadi kangen ke kampung ayah di Tanjung Sakti. Kele suatu saat aku pasti ka kembali ke tanah leluhurku, nak nginak gunung dempo agi, nak ngehaseka dinginnye ayek sungai mana'.

    ReplyDelete
  2. Senang hati dengan adanya tautan,blog.info apapun tentang suku besemah,baik asal usul ataupun informasi sosial,seni,budaya,perkembangan pembangunan atau apapun tentang tanah moyang tercinta.,semoga bertambah para pemerhati serta pemberi informasi sebagai salah satu bentuk wujud bangga cinta tanah leluhur dengan tidak mudah kehilangan identitas dan memang sebagai pribadi / personal kita harus bangga mempunyai jati diri sebagai keturunan suku besemah..dengan tidak bermaksud merendahkan suku lainya..selepas itu karena dengan banyaknya sumber akan ada suatu kajian telaah minimal untuk pengetahuan diri sendiri,,saya pribadi masih mempunyai beberapa pertanyaan,,tentang asal usul suku kita besemah..diantaranya @ - apakah suku besemah sekarang keturunan dari para maestro megalitik yang ada di tanah besemah,,? ..sementara ini dulu sanak..salam dari rantau

    ReplyDelete
    Replies
    1. tentang Megalit di Besemah, itu yang masih diteliti oleh peneliti-peneliti arkeologi, seperti R.P. Soejono, Teguh Asmar, Haris Sukendar, Bagyo Prasetyo, peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, dan peneliti dari Balai Arkeologi Palembang secara intensif melakukan penelitian di wilayah Pasemah sampai saat ini.

      Peninggalan budaya megalitik Pasemah yang begitu maju, dan digambarkan alat-alat yang dibuat dari perunggu memberikan tanda bahwa megalitik Pasemah merupakan kebudayaan Dongson Vietnam, yang ditemukan di beberapa tempat di Sumatra seperti di Samosir Tanah Batak, yang berusia jauh lebih tua sebelum hadirnya hindu-budha di wilayah ini. Temuan peninggalan megalitik di pasemah begitu banyak variasinya, berdasarkan survei yang dilakukan peneliti Balai Arkeologi Palembang, menemukan 19 situs megalitik baik yang tersebar secara mengelompok maupun sendiri. Para peneliti memperkirakan orang-orang yang hidup pada masa Megalith tersebut memang orang-orang Pasemah masa lalu, yang kemungkinan besar memang menurunkan orang Pasemah sekarang ini.

      Trims, Salam.

      Delete
  3. Kita harus berikan apresiasi dan dukungan terhadap siapapun yang berusaha melakukan penggalian sejarah Suku Besemah. Sebab dalam pengamatan dan bukti yang ada kita masih belum merasa puas terhadap informasi yang ada hingga saat ini. Masih terdapat kekaburan dan masih banyak versi. Sehingga saya sebagai salah satu keturunan Besemah, masih merasakan kekurangan informasi terhadap Sejarah Kampung Halaman saya. Hal ini dikarenakan masih ada hal-hal yang sangat ditutupi oleh para tetua (jurai tue) di sini. Sebagai contoh di daerah saya sendiri masih ada barang/benda seperti kahas(sejenis kulit kayu) yang bertuliskan huruf arab gundul dan lain-lain yang mengandung unsur sejarah, namun karena terkendala kepercayaan sehingga barang/benda tersebut tidak sembarang orang bisa melihat apalagi meneliti. Untuk itu kalau boleh memberikan saran kiranya pemerintah setempat harus membentuk sebuah Pusat Informasi Untuk meneliti secara Ilmiah semua potensi yang mengandung unsur sejarah besemah sehingga kita dapat mengetahui sejarah yang sebenarnya.

    ReplyDelete
  4. Bangga jadi jeme besemah, aku, kaba kawan gale. 🙏

    ReplyDelete
  5. jadi nambah ilmu suku dewek , lok ini lah jeme besemah aku sandi pagar alam suku ku ini

    ReplyDelete
  6. jadi nambah ilmu suku dewek , lok ini lah jeme besemah aku sandi pagar alam suku ku ini

    ReplyDelete
  7. Budaya besemah apakah yang masih dikembangkan saat ini?

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,