Suku Mahmeri

perempuan Mahmeri
(magickriver.net)
Suku Mahmeri, adalah salah satu dari 18 suku Asli di Malaysia Barat. Mahmeri sering disebut "orang hutan", sementara sebutan lain "bersisik". Mereka juga dikenal sebagai Orang Laut kerana kebiasaan hidup mereka tinggal di pesisir pantai berhadapan dengan laut dan mencari nafkah sebagai nelayan. Suku Mahmeri diyakini berasal dari pulau-pulau di selatan Johor ke pantai negeri Selangor, mungkin karena desakan dari suku lain yang semakin padat memasuki wilayah asal mereka.

Suku Mahmeri adalah bagian dari rumpun Senoi, Aslian, MonKhmer, bagian dari keluarga rumpun Austroasiatic. Mereka tersebar di sepanjang pantai Selatan Selangor dari Sungei Pelek sampai ke Pulau Carey, terdapat juga komunitas suku Mahmeri di sisi lain dari Sungai Klang. Di pulau Carey mereka memiliki lima desa yang terpisah.
Bahasa Mahmeri, disebut juga sebagai bahasa Besisi, yang termasuk kelompok dari rumpun bahasa Mon-Khmer, tetapi banyak terpengaruh oleh bahasa Melayu.\
Mahmeri - Tari Moyang
(reuters.com)

Salah satu tradisi adat suku Mahmeri adalah "genggulang", yaitu semacam upacara mengobati orang sakit, yang mana bagi mereka tradisi ini sangat penting. Suku Mahmeri sangat kaya akan budaya, termasuk seni ukir kreatif patung yang dibuat dari kayu. Ukiran patung mereka biasanya sangat beragam bentuk seperti dewa, manusia, alam, flora dan fauna.

Suku Mahmeri yang berada di Pulau Carey, biasa bersikap malu-malu terhadap orang asing, tetapi sangat ramah terhadap orang asing.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- uhpress.hawaii.edu- joshuaproject.net

- reuters.com
- magickriver.net

- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku-Marga Minangkabau

Istilah suku pada suku Minangkabau agak membingungkan bagi etnis lain di luar suku Minangkabau. Ada yang mengartikannya sebagai suku atau etnis, tapi ada juga yang mengartikan istilah suku pada suku Minang berarti marga seperti pada suku Batak, Ambon, Toraja dan Minahasa. Bagi orang Minangkabau, istilah suku, berarti kira-kira seperti sub-klan atau bisa juga sebagai marga atau nama keluarga. Ada segelintir masyarakat Minangkabau beranggapan apabila memakai nama suku atau marga, akan menghilangkan identitas Minang-nya, karena meniru-niru kebiasaan orang Batak yang memakai marga di belakang namanya. Tetapi tidak sedikit juga orang Minang yang malah bangga memakai nama suku atau marga di belakang nama, karena justru menampilkan identitas asli Minang-nya. Pro-kontra ini terus terjadi, tetapi bagaimanapun juga tergantung pilihan masing-masing, mau pakai marga boleh, tidak pakai marga juga sah-sah saja.
Untuk aturan suku (marga) pada orang minangkabau adalah menganut cara matrilineal, yaitu marga diturunkan berdasarkan marga sang ibu, tidak patrilineal seperti aturan marga pada suku Batak atau suku-suku lain di Indonesia. Satu hal yang masih tetap terjaga pada masyarakat Minangkabau, adalah sesama satu suku (marga) tidak diperkenankan untuk saling kawin mawin (menikah).

Marga pada suku Minangkabau
  • Andomo Koto
  • Balaimansiang
  • Banuampu
  • Banuhampu
  • Bariang 
  • Bejo
  • Bendang
  • Bodi
  • Caniago
  • Dalimo
  • Dalimo
  • Guci
  • Jambak
  • Kalumpang
  • Kampai
  • Koto
  • Kutianyie
  • Kutianyir
  • Lamu
  • Lubuk Batang
  • Malayu
  • Mandahiling
  • Mandailiang
  • Mandaliko
  • Mansiang
  • Pagacancang
  • Pagar Tanjung
  • Panai
  • Panyalai
  • Pataping
  • Payobada
  • Penago
  • Piboda
  • Piliang
  • Pisang
  • Pitopang
  • Pitopang
  • Rajo Dani
  • Salayan
  • Salo
  • Salo
  • Sikumbang
  • Simabua
  • Simabur
  • Sinapa
  • Singkuang
  • Singkuang
  • Sipanjang
  • Sipisang
  • Sumagek
  • Sumagek
  • Sumpadang
  • Sungai Napa
  • Supanjang
  • Tanjung
  • Tigo Lareh
  • Tubu

Marga suku Minang di Negeri Sembilan Malaysia
  • Anak Acheh
  • Anak Melaka
  • Batu Belang
  • Batu Hampar (Tompar)
  • Biduanda (Dondo)
  • Mungkal
  • Paya Kumbuh (Payo Kumboh)
  • Seri Lemak (Solomak)
  • Seri Melenggang (Somolenggang)
  • Tanah Datar, di Negeri Sembilan
  • Tiga Batu, di Negeri Sembilan
  • Tiga Nenek, di Negeri Sembilan



diolah dari berbagai sumber

Suku Bateq

orang Bateq
(reuters)
Suku Bateq, adalah salah satu dari suku Asli yang terdapat di Malaysia. Diperkirakan nenek moyang mereka datang dari Afrika Selatan sampai di tanah Semenanjung Malaysia melalui Australia. Kehadiran mereka di semenanjung Malaysia ini diperkirakan sejak 11.000 SM. (Bellwood 1997:155-171).

Suku Batek tersebar dari hutan hujan Pahang; Kenong Rimba dan Taman Negara, tetapi setiap kelompok terdiri dari 10 - 30 orang.

Suku Bateq, memiliki beberapa sub-suku, yaitu:
> Bateq Teq,
> Bateq Deq,
> Bateq Iga,
> Bateq Nong

perkampungan suku Bateq
(flickr)
Suku Bateq ini tinggal di sekitar Taman Nasional Kuala Tahan, di sekitar hulu Sungai Tembeling, Sungai Kechau, Teluk Gunung di Pahang, Sungai Gala, Sungai Chiku, Sungai Tako dan Sungai Lebir. Juga tersebar di Kelantan dan Sungai Berua, Besut, Terengganu. Pada masa dahulu mereka hidup secara nomaden, tapi sekarang mereka lebih memilih untuk menempati daerah yang diberikan oleh pemerintah untuk kemajuan hidup mereka.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- malaysiasite.nl
- asiaexplorers.com
- wikipedia
- dan sumber lain

Orang Kuala

orang Kuala
(cekau.com)
Orang Kuala, atau Suku Kuala, adalah suatu komunitas yang tinggal di kawasan kuala sungai dan pesisir pantai. Orang Kuala menyebut diri mereka sebagai 'Desin Duano' (Suku Duano). Orang Kuala diyakini berasal dari pulau Bengkalis Riau. Dahulunya mereka adalah bagian dari Kaum Orang Laut yang tinggal di dalam Rumah Sampan panjang dan hidup secara nomaden di permukaan laut, pesisir pantai dan kuala sungai. Kini mereka sudah bermukim di kawasan darat Semenanjung Malaysia serta memiliki perkampungan sendiri. Kawasan pemukiman Orang Kuala terletak di daerah Batu Pahat (Kuala Rengit, Kuala Senggarang dan Tanjung Segenting) serta daerah Pontian (Kuala Benut, Kuala Sungai Pontian dan Kukup) di Negeri Johor. Mereka juga sering disebut sebagai Orang Melayu Kuala.

perkampungan orang Kuala
(cekau.com)
Orang Kuala saat ini mayoritas beragama Islam dan beranggapan mereka tidak mau disamakan sebangsa dengan suku asli lainnya yang tidak beragama Islam.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com

- cekau.com
- asiaexplorers.com
- malaysiasite.nl
- wikipedia
- permataorangasli.blogspot.com
- dan sumber lain

Suku Akha, Burma

Suku Akha, adalah salah satu suku Bukit di Burma (Myanmar). Desa suku Akha terkenal memiliki gerbang besar yang terbuat dari kayu yang telah diukir dengan desain yang rumit bergambar angka dan hewan serta memiliki roh penjaga. Gerbang besar terdapat pada dua ujung desa, untuk melindungi desa dari hutan, karena orang Akha percaya roh alam berkeliaran.

perempuan Akha
(superstock)
Suku Akha pada awalnya berasal dari Tibet dan bermigrasi keluar ke wilayah lain. Tetapi para pakar athropolog dan ethnolog banyak berpendapat bahwa suku Akha berasal dari China,  bukan dari Tibet seperti yang dituturkan dan diklaim oleh masyarakat suku Akha sendiri. Keberadaan suku Akha didokumentasikan hubungan dengan pangeran Shan Kengtung, yang menunjukkan bahwa suku Akha telah ada di Burma Timur sejak tahun 1860.

Mereka tersebar di desa-desa pegunungan barat daya Cina, Myanmar timur, barat Laos, barat laut Vietnam, dan Thailand utara. Di semua negara mereka adalah etnis minoritas. Populasi orang Akha saat ini diperkirakan sebesar 400.000 orang.

Pemerintah China mengklasifikasin suku Akha sebagai bagian dari ras rumpun Han, tetapi mereka menolak itu dan mengatakan bahwa mereka berbeda dari ras rumpun Han. Di Myanmar dan Thailand sering menyebut mereka sebagai "gaw" atau "ekaw" (ikaw / ikho), sebuah istilah yang menurut pandagan masyarakat Akha sebagai ucapan menghina.

Rumah suku Akha berbentuk rumah panggung, yang terbuat dari kayu dan bambu, dengan atap jerami. Setiap desa diurus oleh dewan tetua adat. Para tetua masyarakat membuat keputusan penting dan memilih imam desa dan kepala desa.

orang Akha
(sstmyanmar)
Orang Akha memiliki agama asli yang masih animisme, tetapi saat ini banyak dari mereka yang telah memeluk Buddhisme, selain itu misionaris Kristen telah aktif di antara masyarakat Akha sejak pertengahan abad 20. Beberapa masyarakat Kristen Akha tinggal di desa terpisah yang dibangun dan didukung oleh dana misionaris. Meskipun banyak Akha yang telah memeluk Kristen, tetapi praktek adat istiadat tradisional Akha tetap dijalankan.

Bahasa Akha "avkavdawv", adalah bahasa tonal dari cabang Lolo / Yi, termasuk ke dalam rumpun bahasa Sino-Tibetan. Suku Akha tidak memiliki bahasa tertulis tetapi beberapa script bahasa tertulis, telah ditulis oleh para misionaris.

Suku Akha adalah salah satu dari suku bukit di Burma (Myanmar) yang menanam opium, mereka melakukannya karena sejak nenek moyang mereka telah menanam dan memanen opium. Mereka hidup dilahan marjinal yang sulit untuk menambah nafkah melalui tebang dan bakar lahan pertanian. Untuk menambah penghasilan mereka orang Akha menjual kerajinan tangan, membuat pakaian dan barang-barang seni budaya lainnya.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- eco-action.org
- sstmyanmar.com
- thailine.com
- superstock.com
- myanmartravel.org
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Kayaw, Burma

Suku Kayaw, adalah salah satu sub-suku dari suku Kayan, yang termasuk suku Bukit di Burma yang pemalu. Sehingga sulit untuk datang dan bertemu dengan orang dari suku Kayaw. Mereka tinggal di tanah terpencil negara bagian Kayah (Kayah State) di atas bukit. Beberapa abad yang lalu sebagian dari suku Kayaw bermigrasi dan menetap di Thailand.

perempuan Kayaw
(flickr.com)
Orang Kayaw, sering disebut sebagai long ears "telinga-panjang" atau big ears "telinga-besar", mereka adalah salah satu sub-suku dari suku Kayan. Walau suku Kayaw serumpun dengan rumpun Kayan lainnya, mereka berbeda tradisi dengan rumpun Kayan yang memakai cincin di leher, karena tradisi dan bahasa mereka berbeda.

gadis kecil Kayaw
(aptribes.com)
Salah satu ritual aneh yang terkait dengan suku ini mungkin merupakan ritual peti keputusan. Ketika seorang pria dari suku Kayaw berusia empat puluh, ia memotong pohon ke bawah dan mengukir peti mati itu. Ketika orang itu akhirnya mati, tubuhnya dimasukkan ke dalam peti mati yang telah diukirnya dan kemudian digantung di tebing atau dimasukkan ke dalam sebuah gua.

Suku Kayaw sebagian besar adalah pemeluk Buddhisme dan pemeluk Kristen dan memakai kalung salib di sekitar leher.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- kwintessential.co.uk
- huaypukeng.com
- thailandsocial.com

- aptribes.com
- myanmarplg.com

- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Marga Suku Dayak

Suku dayak juga punya marga, layaknya seperti orang Minahasa, Ambon, Minang, Toraja dan Batak. Istilah marga di daerah tengah dan timur Indonesia disebut fam, sedangkan bagi orang Minang disebut suku, maksudnya menunjukkan suatu kelompok, asal daerah, sub-klan, asal keturunan atau nama keluarga. Orang Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, dari Dayak Katingan, Kapuas, Mengkatip, Bakumpai, Mendawai dan Maanyan, sebenarnya juga memiliki nama marga.

Sebagian kecil masyarakat Dayak Ngaju saat ini sepertinya beranggapan tidak terlalu penting untuk menunjukkan identitas aslinya dengan mencantumkan marga di belakang nama. Tetapi sebagian lainnya justru menganggap bahwa mencantumkan nama marga itu penting, karena menunjukkan identitas dan asal usul. Menurut penuturan beberapa masyarakat Dayak Ngaju, "amun ikaw cuma hapan aran Rudi atau Frangky, dia kare katawan uluh bara kuweh ikaw berasal !, tapi amun tege marga ah kilaw Rudi Narang atau Frangky Baboe, pasti tawan uluh bara kuweh ikaw berasal !". kira-kira artinya "kalau kau hanya pakai nama Rudi atau Frangky, tidak bisa orang mengetahui dari mana kau berasal, tapi kalau ada marganya seperti Rudi Narang atau Frangky Baboe, pasti lah orang bisa tau dari mana kau berasal !".

Marga Dayak Ngaju:

A
  • Ahad
  • Alang
  • Asang
  • Awan
B
  • Baboe
  • Baen
  • Bandrang
  • Boas
  • Buhing
D
  • Dahan
  • Darun
  • Dehen
  • Diwil
  • Djala
  • Djungan
  • Durut
E
  • Engkak
  • Erang
G
  • Guan
H
  • Hamarung
  • Hedek
  • Hosang
  • Huang
J
  • Jangkan
K
  • Kaharab
  • Kasan
  • Kiting
  • Koroh
  • Kunum
L
  • Lada
  • Lambung
  • Lampang
  • Lampe
  • Langar
  • Leiden
  • Liyung
  • Luhing
  • Lui
M
  • Macan
  • Madjen
  • Mahat
  • Mahin
  • Mamis
  • Mamud
  • Mangkin
  • Mangko
  • Mantir
  • Manyamai
  • Merang
  • Mihing
N
  • Nahan
  • Nahason
  • Namang
  • Nanjan
  • Narang
  • Ngampar
  • Nihin
  • Nyaloh
  • Nyudem
O
  • Obos
P
  • Pahoe
  • Penyang
  • Phaing
R
  • Rahu
  • Rakam
  • Ranan
  • Ratik
  • Ringkas
  • Ringkin
  • Riwut
  • Runuk
S
  • Saban
  • Sahabu
  • Sahan
  • Saloh
  • Saman
  • Sawang
  • Sawong
  • Sawung
  • Senas
  • Sera
  • Silam
  • Simpun
  • Singaraca
  • Sinseng
  • Suan
  • Suhin
T
  • Tahan
  • Tambun
  • Tambunan
  • Tandja
  • Tarung
  • Tatay
  • Taway
  • Tigoi
  • Timbang
  • Tindan
  • Tingan
  • Tingkes
  • Tiu
  • Toba
  • Tumon/ Toemon
  • Tundan
  • Tundang
  • Tunjang
  • Tuwan
U
  • Uhing
  • Undas
  • Undjung
  • Unting
  • Usin
  • Usop

Dayak Mengkatip
  • Patianom

Dayak Maanyan:
  • Manuah
  • Manuwu
  • Saan
  • Wawoh

Dayak Katingan:
  • Engkak
  • Gundas

Dayak di Sarawak, Malaysia
  • Kitingan

Dayak di Kalimantan Barat
  • Mualang
  • Jaan
  • Magang

Dayak Kenyah
  • Ngang
  • Ritan
  • Dayken
  • Kuling
  • Anggan
  • Belawan
  • Lefung
  • Jalung
  • Menthan
  • Iring
  • Mharu
  • Njuk
  • Samdong
  • Atang
  • Libut

Dayak Iban
  • Bujat
  • Bedin
  • Jagat
  • Gelaw
  • Sulau
  • Nabau
  • Anggat
  • Unus
  • Puyang
  • Bau
  • Munau
  • Gait
  • Bie
  • Rarak
  • Sigom
  • Kuntai
  • Rantai

Dayak Tunjung
  • Malat
  • Bodjer
  • Kamuntik
  • Ngayoh
  • Ubad


Apabila ada kekeliruan mengenai marga-marga suku Dayak di atas atau salah penempatan dalam kelompok sukunya, mohon maaf dan tolong koreksinya.
Trims. Salam Uluh Itah


diolah dari berbagai sumber

Suku Sakkya (Thet, Kado)

suku Sakkya
Photo source: joshuaproject.net
Copyright © Operation China, Paul Hattaway.
Used with permission.
Suku Sakkya disebut juga sebagai suku Kadu, Kado dan Thet, berasal dari negara bagian Rakhine (Rakhine State) di Burma. Suku Sakkya (Thet) adalah salah satu kelompok suku tertua dengan jumlah terkecil dari usia Pyu. Mereka dikenal oleh para sarjana asing sebagai suku Sakkya dan terkenal dengan anting-anting besar yang terbuat dari perak dan bambu.

Walaupun suku Sakkya serumpun dalam rumpun bangsa Han, tetapi memiliki budaya yang berbeda dari orang China Han. Selain itu bahasa Sakkya juga dari cabang keluarga bahasa Tibeto-Burman.

Bahasa Sakkya adalah bagian dari cabang Bi-Ka dari keluarga rumpun bahasa Tibeto-Burman. Bahasa Sakkya paling mirip dengan bahasa Biyo dan bahasa Woni. Di Myanmar ada enam dialek Sakkya. Para ethnolog yakin bahwa bahasa Sakkya (Kado) dan Ganaan adalah bahasa yang terpisah. Bahasa Sakkya tidak sama dengan bahasa Katu, dari rumpun bahasa Mon-Khmer di Vietnam dan Laos, juga tidak sama dengan bahasa Kaduo, dari rumpun bahasa Tibeto-Burman yang diucapkan oleh bangsa Mongol di Yunnan.

Saat ini Sakkya hidup di bawah kungkungan tuan tanah berkuasa yang mengendalikan masyarakat mereka. Ketika Komunis berusaha untuk mengutuk dan menghukum para tuan tanah yang menindas pada tahun 1950-an. Para orang Kristen Sakkya menolak untuk terlibat, dan mengatakan lebih baik mengampuni mereka.

Ada banyak gereja Kristen yang kuat di antara daerah pemukiman suku Sakya. Banyak dari masyarakat Sakkya belajar untuk membaca Kitab Suci (Bible) terjemahan baru dalam bahasa Sakkya. Pada tahun 1950, sebanyak 33 gereja Sakkya telah didirikan, Gereja Majelis Allah dan Advent Hari Ketujuh telah membawa banyak orang Sakkya bertobat. Komunis berusaha untuk menghancurkan gereja Sakkya dengan membagi mereka atas masalah hari Sabat. Pada tahun 1986 sebanyak 40.000 orang Sakkya memeluk Kristen, yang menggunakan Kitab Suci (Bible) berbahasa Cina.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- joshuaproject.net
- missions.itu.int
- myanmarplg.com
- myanmarplg.com
- kwintessential.co.uk

- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Danu

perempuan Danu
(myanmartourex)
Suku Danuadalah suku sub-etnis Bamar, mendiami daerah dekat Gua Pindaya, Shan State Burma. Suku Danu juga berasal dari keturunan rumpun bangsa Tibeto-Burman. Nama Danu berasal dari kata "donake", yang berarti "pemanah pemberani". Pada abad ke-16 suku Danu adalah sebagai pasukan pemanah Raja Alaungpaya pada peperangan di Thailand, setelah kembali dari peperangan mereka menetap di daerah Pindaya.

Suku Danu bertutur dalam dialek kuno bahasa Burma, dengan aksen yang berbeda. Bahasa Danu, adalah bagian dari rumpun bahasa Tibeto-Burman. Pakaian tradisional suku Danu mengikuti gaya dari kostum Burma.

rumah suku Danu
(blog.travelpod)
Suku Danu, bertahan hidup dengan cara pertanian dan sebagai nelayan di danau. Selain mereka membangun rumah di pedesaan, sebagian lain dari suku Danu memilih membangun rumah di pesisir danau dan ada juga yang membangun rumah tepat di atas permukaan air danau.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- kwintessential.co.uk
- hilltribesmyanmar.com
- myanmarplg.com
- missions.itu.int
- jaydunn.photoshelter.com
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Rakhine

Suku Rakhine, atau Arakan, adalah suatu suku bangsa di Myanmar yang membentuk mayoritas di sepanjang wilayah pesisir Rakhine State atau Arakan State. Populasi mereka sekitar 5,53% dari total penduduk Myanmar.
suku Rakhine
(goldbacked-lynn)
Orang Rakhine memiliki banyak sebutan, sesuai di daerah mana mereka berada, yaitu: Arakenese, Magh, Maghi, Marma, Mash, Mogh, Morma, Mugg, Yakan dan Yakine.
Orang Rakhine juga terdapat di bagian tenggara Bangladesh, terutama di Chittagong dan Divisi Barisal. Sekelompok keturunan Rakhine, tinggal di Jalur Bukit Chittagong Bangladesh sejak abad ke-16, dikenal sebagai orang Marma. Keturunan Rakhine menyebar sejauh utara negara Tripura di India, ketika Tripura diperintah oleh raja-raja Arakan. Di timur laut India, orang-orang Rakhine disebut sebagai orang Mog
Pada beberapa abad yang lalu di Bangladesh, orang Rakhine (Arakan) adalah bajak laut yang ditakuti di Teluk Benggala, mereka meneror masyarakat di sepanjang pantai laut dan jauh di saluran sungai yang sekarang Bangladesh. Saat itu mereka disebut maghs, atau bajak laut. Nama ini menjadi nama populer dari suku ini, mereka berasal dari wilayah Arakan di Burma.

Suku Rakhine terkait erat hubungan serumpun dengan suku Bamar, Marma dan Chakma.

tradisi gulat Rakhine
(aboutarakanenglishvision)
Menurut Tawarikh Rakhine, Nama Rakhine ini berasal dari bahasa Pali dari kata "Rakhapura" berarti "tanah rakyat Raksasa (Raksasa> Rakha> Rakhine)", kata Rakhine berarti "seseorang yang memelihara ras sendiri."

Masyarakat Rakhine sebagian besar menganut agama Theravada Buddha dan merupakan salah satu dari empat kelompok utama etnik Budha di Myanmar (yang lainnya adalah Bamar, Shan dan Mon). Mereka mengaku sebagai salah satu kelompok pertama yang menjadi pengikut Sang Buddha di Asia Tenggara. Budaya Rakhine mirip dengan budaya Burma tetapi dengan lebih banyak pengaruh India, mungkin karena isolasi geografis dari daratan Birma dibagi dengan Roma Rakhine dan kedekatan lebih dekat ke Asia Selatan. Jejak pengaruh India tetap dalam banyak aspek budaya Rakhine, termasuk literatur, musik, dan masakan.

Orang Rakhine bertutur dalam bahasa Arakan, yang merupakan bentuk kuno dari bahasa Burma. Pada umumnya saling dimengerti dengan standar Burma, namun tetap memiliki style Arakan suara / r /, yang menjadi suara / j / dalam bahasa Burma. Bahasa tertulis Arakan script, pada dasarnya sama dengan script standar Burma, script Rakhawunna utara Brahmi ditemukan dalam prasasti batu di era (Wethali) Vesali, sekarang tidak lagi digunakan.

Orang Rakhine mengklaim sejarah suku bangsa Rakhine dimulai sejak 3325 SM (BC) dan bukti arkeologi telah ditemukan untuk periode selanjutnya dari awal abad ke-1 setelah penggalian kota Dhanyawadi. Menurut sejarah, kerajaan independen pertama Rakhine (Arakan) didirikan pada tahun 3325 SM (BC) oleh Raja Marayu. Nama kerajaan Dhanyawadi berarti "tanah diberkati dengan gandum yang berlimpah". Buddhisme diperkenalkan ke Rakhine oleh sang Buddha sendiri. Menurut Rakhine Tawarikh, Buddha di masa hidupnya mengunjungi kota Dhanyawadi pada 554 SM.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- sstmyanmar.com
- joshuaproject.net
- myanmartravel.org
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Jing Phaw

Jing Phaw
(mission.itu.int)
Suku Jing Phaw, adalah masyarakat ekstrim Myanmar. Menetap di wilayah pegunungan sepanjang perbatasan India dan China dan dilalui oleh anak sungai dari Sungai Ayeyarwady, kota Myitkyina dan kota Bhamo adalah kota utama bagi suku Jing Phaw.

Cara bertahan hidup suku Jing Phaw, adalah bertani padi dan tebu, batu giok dan kayu serta memotong bambu. Wilayah ini termasuk jarang penduduknya. Suku Jing Phaw bertutur dalam bahasa Kachin.

Mereka mempertahankan bentuk suku di bawah organisasi kepala desa. Sebagian besar suku Jing Phaw adalah penganut animisme dan sebagian telah memeluk agama Kristen. Wilayah tempat orang Jing Phaw tidak pernah tunduk pada raja Burma, dan setelah pembentukan pemerintahan Inggris, diatur secara langsung, bukan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Burma. Wilayah ini pernah diserbu oleh China pada tahun 1945-1947, tetapi perjanjian perbatasan ditandatangani antara Myanmar dan China pada tahun 1960. Anti pemerintah gerilyawan, aktif di Kachin State, Myanmar, mencapai kemerdekaan pada tahun 1948, menandatangani kesepakatan gencatan senjata dengan pemerintah pada tahun 1993.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- kwintessential.co.uk

- expeditioncargo.com
- britannica.com
- zomobo.net
- goldbacked-lynn.com

- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Kachin

Suku Kachin, menghuni bukit Kachin. Orang Kachin, juga banyak berada di Katha, Mong Mit dan negara bagian Shan Utara.

suku Kachin
(goldbacked-lynn)
Pada sensus tahun 1901, populasi suku Kachin sebesar 64.405 jiwa.

Suku Kachin berasal dari Yunnan, Cina. Dahulu orang Cina menyebut orang Kachin dengan sebutan Jim-phor, dan wilayah tempat orang Kachin disebut "Ga-Kiang". Ketika suku Kachin melakukan hubungan perdagangan dengan suku-suku lainnya, kata "kachin" muncul sejak saat itu untuk memanggil orang "Jim-phor" sejak saat itu.

Orang Kachin sebelum bermigrasi ke wilayah Burma dan Thailand, dulunya sekitar ribuan tahun sebelum Masehi (BC) orang Kachin adalah orang Toba Tartar dari selatan Gurun Gobi Besar, Mongolia. Dari Mongolia mereka bermigrasi ke Yunnan, China Selatan. Orang Kachin menyebut diri mereka sebagai "Kim-phor" dan setelah sekian lama kembali melanjutkan migrasi ke Burma dan Thailand. Mereka bermigrasi dari Yunnan, Cina bersama dengan suku Lisu dan suku Lahu. Mereka hidup bersama dengan suku yang berimigrasi dari waktu yang sama sekitar beberapa puluh tahun yang lalu. Mereka berimigrasi secara berkelompok pada tahun 1974 di DoiLand, Mae-eye District, provinsi Chiang Mai provinsi dan pindah untuk tinggal di Doi Vawee, kabupaten Maesuay, provinsi Chiangrai, kemudian melanjutkan perjalanan untuk tinggal di Pangmayao, Maimokjam, kabupaten Mae-eye, provinsi Chiang Mai sebelum pindah dan menetap di Baan Nong Keaw. Suku Kachin berkerabat serumpun dengan suku Shan, Lisu, Lahu dan orang Akha karena merupakan rumpun yang sama dan sama-sama penutur bahasa Tibeto-Burman.
perempuan Kachin
(travel-myanmar)

Upacara suku Kachin adalah tarian Ma-Nau, dirayakan untuk menyembah Lamu Madai, Tuhan Roh. Lamu Madai ini dipercaya menjadi pencipta alam semesta. Tarian Ma-Nau adalah perayaan ritual agama dan diadakan secara konvensional dengan berbagai tujuan untuk menyembah Tuhan.
Terdapat tujuh macam perayaan tarian Ma-Nau:
  • Sut ma-nau
  • Padang ma-nau
  • Ju ma-nau
  • Kumreng ma-nau
  • Shadip hpaw ma-nau
  • Daw jau ma-nau
  • Hpaji jan mau ma-nau
kain tradisional Kachin
(expeditioncargo)

Orang Kachin pada awalnya memiliki kepercayaan animisme. Agama Kristen menyebar di antara orang-orang Kachin sejak 1837. Eugenia Kincaid, adalah misionaris pertama yang bertemu orang-orang Kachin di utara Burma, Kachinland pada tahun 1837. Pembaptis misionaris pertama kepada orang-orang Kachin adalah Albert J. Lyon. Kemudian William H.Roberts datang ke Bamo, Kachin land, utara Burma, pada tanggal 12 Januari 1879, dan membuka sekolah dasar untuk orang-orang Kachin.


sumber:- word-dialect.blogspot.com
- sstmyanmar.com
- most.gov.mm
- runachalpradesh.gov.in
- kachinhilltribe.blogspot.com

- goldbacked-lynn.com
- youtube.com

- wikisource.org
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Lisu

Suku Lisu, berada di negara bagian Kachin dan Shan, di Burma. Suku Lisu termasuk ke dalam rumpun Tibeto-Burman.

perempuan Lisu
Orang Lisu adalah suku asli setengah nomaden yang awalnya berasal dari Tibet. Sejak ribuan tahun yang lalu mereka telah bermigrasi ke Asia bawah melalui China, Burma, dan Laos. Mereka menetap di pegunungan sepanjang perbatasan negara Burma (Myanmar) dan Thailand. Suku Lisu adalah salah satu dari suku-suku bukit atau suku yang tinggal di pegunungan, hidup, bekerja dan bermain telah menjadi bagian dari kehidupan desa sebagai yang masyarakat Lisu lakukan setiap hari.

Budaya Lisu tidak terdokumentasi dengan akurat, tetapi suatu budaya telah terbentuk berabad-abad yang lalu dan berada dalam masa transisi besar hari ini. Budaya suku Lisu mulai terpengaruh oleh budaya masyarakat dominan di Burma maupun di Thailand.

perempuan Lisu
sedang bermain musik
(chinakindnesstour)
Suku Lisu ini kaya akan budaya dan banyak memiliki pakaian dengan corak warna-warni. Dalam bahasa Lisu, "li" berarti budaya sementara "su" berarti seseorang. Mereka sangat liberal tetapi mereka menempatkan penekanan besar pada warisan. 
Berburu dan bertani adalah cara mereka untuk bertahan hidup.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- asian-oasis.com
- hilltribe.org
- lisuhilltribe.com
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Jakun

perempuan Jakun
(probertencyclopaedia)
Suku Jakun, salah satu suku Aslian di Malaysia, bermukim di Kedaik Pahang dan Johor Utara. Suku Jakun, terdiri 2 kelompok suku, yaitu Jakun Hutan (Orang Ulu) dan Jakun Laut (Orang Laut).

Paham animisme masih diamalkan oleh sebagian besar masyarakat Jakun, kepercayaan kepada kekuatan alam yang dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Mereka tetap mengamalkan pantang larang yang diamalkan sejak dahulu.

Suku Jakun termasuk ke dalam rumpun proto malayan, yang pada abad ke-19 oleh peneliti AR Wallace disebut "melayu buas". Mereka juga terkait hubungan rumpun erat dengan Orang Laut Orang.

Secara fisik orang Jakun memiliki fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat asli lainnya dari Semenanjung Melayu, seperti suku Semang dan suku Sakai. Orang Jakun biasanya memiliki kulit berwarna coklat gelap. Beberapa orang Jakun telah menikah dengan etnis melayu atau cina. Mereka yang menikah dengan Melayu sebagian besar masuk Islam, sedangkan yang menikah dengan keluarga Cina sebagian mengikuti tradisi agama nenek moyang Cina atau memeluk agama Kristen, selain itu kebiasaan adat istiadat Jakun juga tetap diamalkan.

pemburu-pemburu Jakun
(probertencyclopaedia)
Orang Jakun pada saat ini sebagian besar memiliki gaya hidup yang menetap dan telah tinggal di desa-desa dan mulai dengan pertanian.

Istilah "jakun", bagi kaum Melayu mayoritas di Malaysia sering diucapkan untuk mencemooh. Hal ini dianggap mereka menghina dan rasis.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- mytravelpost-onestoptravelshop
- probertencyclopaedia
- jungle-asia.com
- malaysianbar.org
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Seletar

Suku Seletar, merupakan kaum dari rumpun Proto Malayan cabang dari rumpun Austronesian. Suku Seletar disebut juga sebagai "Gipsi Laut", adalah masyarakat yang tinggal di kapal, pulau, pesisir dan muara sungai. Saat ini mereka mulai bermukim di darat dan mendiami daerah selatan Johor Malaysia dan juga hadir di Singapura Utara.

Suku Seletar juga bermukim di Singapura, populasi sebesar 1.700 jiwa. Suku Seletar adalah keturunan Orang Laut yang berasal dari Kepulauan Rempah Indonesia.
Rumah Orang Seletar dapat ditemukan di bagian selatan semenanjung Melayu, di Johor, mereka tinggal di gubuk-gubuk panggung di atas air.

Kepercayaan suku Seletar sebagian besar adalah animisme yang percaya bahwa roh-roh berkeliaran dunia menghuni pohon, air dan batu.

Suku Seletar, secara tradisional turun temurun, tergantung pada laut untuk bertahan hidup, bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Saat ini mereka telah menemukan kualitas hidup yang lebih baik untuk hidup di desa pemukiman di daerah pesisir selat Johor. Selain itu sebagian besar dari mereka telah bekerja di industri lokal dan perdagangan.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- joshuaproject.com
- asiaexplorers.com
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Bamar

suku Bamar
Suku Bamar, juga disebut Burman, adalah kelompok etnis dominan di Burma (Myanmar), yang merupakan sekitar duapertiga dari populasi. Suku Bamar hidup terutama di cekungan Irrawaddy, dan bertutur dalam bahasa Burma, yang merupakan bahasa resmi Burma.

Adat dan identitas suku Bamar erat terkait dengan kebiasaan umum masyarakat Burma. Suku Bamar sering secara lokasi disebut orang Burma meskipun istilah Burma sebenarnya mengacu pada warga negara Burma dari berbagai latar belakang etnis.

Orang Bamar keseluruhan memakai bahasa Burma yang menjadi bahasa resmi di Burma, tapi banyak menyerap istilah yang berasal dari seni dan ilmu Buddhisme. Yang menggunakan bahasa Burma ini adalah suku Rakhine, meskipun secara budaya berbeda dari suku Bamar, secara etnis terkait dengan Bamar dan berbicara dengan dialek Burma yang agak berbeda. Dialek tambahan berasal dari daerah pesisir Divisi Tanintharyi (termasuk Myeik (Beik) dan Dawei (Tavoyan)) serta pedalaman dan terpencil seperti daerah Yaw di perbukitan Chin State dan termasuk Yaw. Dialek lainnya adalah Taungyoe, Danu, dan Intha di Shan State.

Suku Bamar adalah keturunan Asia Timur, dan berbicara bahasa Sino-Tibetan (terkait dengan Tibet, dan lebih jauh ke Cina). Mereka bermigrasi dari Yunnan hadir ke dalam lembah sungai Ayeyarwady di Burma sekitar 1200 - 1500 tahun yang lalu. Selama milenium terakhir, mereka telah menggeser suku Mon dan suku Pyu kelompok etnis penghuni lebih awal di lembah Ayeyarwady.


Perempuan suku Bamar memakai jenis sarung yang bernama
htamain, sedangkan laki-laki memakai sarung yang dijahit ke dalam tabung, yang disebut longyi, atau paso, sepotong kain panjang tunggal melilit pinggul. Pakaian formal terdiri dari perhiasan emas, selendang sutra, dan jaket. Pada acara-acara resmi, laki-laki sering memakai kain kepala yang disebut gaung baung dan jaket berkerah Mandarin disebut taikpon, sementara perempuan memakai blus. Laki-laki dan perempuan memakai sandal beludru disebut gadiba phanat, juga mandalay phanat.

Orang Bamar secara tradisi beragama Buddha Theravada. Para Misionaris Kristen telah memberikan banyak pengaruh positif pada masyarakat Bamar dan mereka telah banyak yang menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Misionaris Kristen di kota.



sumber
:

- word-dialect.blogspot.com
- flagspot.net
- kwintessential.co.uk
- hilltribesmyanmar.com
- myanmarplg.com
- missions.itu.int
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Pa O

perempuan suku Pa O
Suku Pa O, berasal dari negara bagian Shan, juga dikenal sebagai suku Taungthu atau Black Karen, sebuah kelompok etnis di Burma, yang terdiri dari sekitar 600.000 jiwa. Suku Pa O adalah kelompok etnis terbesar kedua di Shan State.

Mereka diyakini berasal dari rumpun Tibeto-Burman.
Bahasa Pa O, termasuk ke dalam kelompok rumpun bahasa Tibeto-Burman dan masih berhubungan erat dengan bahasa Karen, yang menunjukkan bahwa suku Pa-O merupakan salah satu sub-kelompok Karen.

perempuan Pa-O (Loic Brohard)
Suku Pa O, mendiami wilayah Shan State, Kayin State, dan Kayah State.
Peringatan Bulan Penuh Tabaung diperingati sebagai Hari Nasional suku Pa-O, secara tradisional ditetapkan pada hari kelahiran Raja Suriyachanda.

Suku Pa O secara historis telah menetap di wilayah Thaton sejak sekitar 1000 tahun Sebelum Masehi (BC). 
Suku Pa O sempat diperbudak dan dipaksa untuk memakai pakaian berwarna nila untuk menandakan status mereka pada masa pemerintahan Raja Mon Makuta, sampai akhirnya Raja Anawratha mengalahkan Raja Mon Makuta, yang mendirikan pemerintahannya di Thaton.
Namun suku Pa O memiliki banyak ragam pakaian tradisional, tetapi beberapa telah mengadopsi pakaian tradisional suku Bamar, Laki-laki memakai shan baung-mil (celana baggy panjang). Sebagian besar masyarakat Pa O menganut Buddha, tapi bahasa yang ditulis diciptakan oleh para misionaris Kristen.

Festival suku Pa O
Sebagian orang Pa O telah berasimilasi ke dalam masyarakat suku Bamar dengan mengadopsi beberapa tradisi Bamar, terutama memakai pakaian tradisional Bamar.

Cara bertahan hidup suku Pa O, terutama terlibat dalam budidaya pertanian, daun dari pohon thanapet (Cordia dichotoma) dan daun sawi.

sumber:
- word-dialect.blogspot.com

- sstmyanmar.com
- paowomensunion.wordpress.com

- wikipedia
- http://www.flickr.com/photos/loic_brohard/8544701038/

Suku Kanaq

perkampungan suku Kanaq
(district3310.blogspot)
suku Kanaq

(bernama.com)
Suku Kanaq, adalah yang terkecil dari etnis minoritas di Malaysia, hanya berjumlah 83 orang saja. Tetapi walaupun sangat sedikit, sebagian dari mereka tetap dapat mempertahankan identitas mereka dengan baik.

Bahasa Kanaq adalah tergolong bahasa Melayu dengan lenggok dialek yang kasar.

Suku Kanaq, dahulunya memiliki pola hidup seperti suku Laut, dan sempat dianggap sebagai suku Laut, tetapi Suku Kanaq bukanlah suku Laut. Dahulu mereka tinggal di perahu panjang dan hidup nomaden di permukaan laut, pulau, pesisir andai dan muara sungai.

Saat ini mereka lebih memilih hidup di darat, dan telah memiliki perkampungan sendiri. Suku Kanaq diperkirakan berasal dari kepulauan Riau. Kemungkinan besar mempunyai hubungan erat persaudaraan dengan suku Sengkanak yang berada di Pulau Daik, sebuah pulau kecil yang terletak di Kepulauan Riau, Indonesia.
Mereka menetap di kampung Sungai Selangi, Mawai, daerah Kota Tinggi Johor. Budaya dan adat istiadat suku Kanaq terjepit oleh pengaruh budaya Melayu Malaysia dan lambat laun budaya dan adat istiadat suku Kanaq sepertinya akan terkikis oleh pengaruh budaya Melayu Malaysia. Pengaruh lain terjadinya perkawinan campur antara Orang Kanaq dengan masyarakat luar menjadi pengaruh kuat yang dapat mengikis identitas Orang Kanaq. Saat ini sebagian besar suku Kanaq telah menganut agama Islam.

Mata pencaharian suku Kanaq adalah melalui hasil kelapa sawit. Setidaknya, mereka telah mengalami peningkatan hidup yang lebih baik, bahkan di antara mereka telah memiliki sepeda motor dan peralatan elektronik di rumah masing-masing.
Pendidikan juga dianggap penting bagi orang Kanaq, para orang tua suku Orang Kanaq telah mengantarkan anak-anak mereka bersekolah di Sekolah Kebangsaan Mawai.



sumber
:
- word-dialect.blogspot.com
- oase.kompas.com
- melayuonline.com
- district3310.blogspot
- bernama.com
- oppapers.com
- kanaqkelayu.blogspot.com

- ml.scribd.com
- dan beberapa sumber lain

Suku Kayan

Suku Kayan, adalah etnis minoritas Tibeto-Burman di Burma (Myanmar). Mereka menyebut diri mereka sebagai Kayan atau orang Kayan. Beragam tradisi dari beberapa sub-suku Kayan, seperti cincin leher, telinga panjang dan telinga besar. Ada 7 sub-kelompok Kayan yang dibedakan dengan pakaian tradisional yang berbeda, tetapi hanya satu sub-suku yang memakai cincin di sekitar leher, yaitu Kayan Lahwi.

Kayan terdiri dari:
  • Kayan Lahwi (Padaung)
  • Kayan Ka Khaung (Gekho)
  • Kayan Lahta
  • Kayan KaNgan
  • Kayan Gebar
  • Kayan Kakhi
  • Kayaw

Orang Kayan Lahwi (kelompok yang wanitanya memakai gulungan kuningan leher) dalam istilah Shan biasa disebut sebagai Padaung (Yan Pa Doung). Mereka sebenarnya tidak suka dipanggil Padaung, dan mereka lebih suka disebut Kayan.

Pada akhir 1980-an dan awal 1990 karena konflik dengan rezim militer di Burma, suku Kayan banyak melarikan diri ke daerah perbatasan Thailand. Saat ini suku Kayan tersebar di dua negara, Burma dan Thailand, menetap di daerah dekat perbatasan Burma dan Thailand.
Ada tiga desa Kayan di provinsi Mae Hong Son di Thailand. Yang terbesar adalah Huay Pu Keng, di sungai Pai, dekat dengan perbatasan Burma - Thailand.

Perempuan suku Kayan mengidentifikasi diri dengan berbagai ciri pakaian yang berbeda. Suku Kayan Lahwi, adalah yang paling terkenal karena memakai ornamen cincin leher kuningan koil. Para wanita yang mengenakan cincin leher ini dikenal sebagai wanita jerapah bagi para wisatawan. Cincin leher ini dikenakan pada gadis-gadis muda sejak mereka berusia lima tahun.

Agama tradisional Kayan 'disebut Kan Khwan, dan telah dipraktekkan sejak mereka bermigrasi dari Mongolia pada Zaman Perunggu. Dalam keyakinan bahwa orang-orang Kayan adalah hasil dari persatuan antara naga perempuan dan manusia laki-laki setengah malaikat.
Festival keagamaan utama adalah 3-day Kay Htein Bo festival, yang memperingati keyakinan bahwa dewa pencipta memberi bentuk kepada dunia dengan menanam pos kecil di tanah. Festival ini diadakan pada akhir Maret atau awal April. Festival ini diadakan untuk menghormati dewa abadi dan utusan pencipta, untuk bersyukur atas berkat-berkat sepanjang tahun, untuk mengajukan pengampunan, dan berdoa untuk hujan. Ini juga merupakan kesempatan bagi orang Kayan dari berbagai desa datang bersama-sama untuk menjaga solidaritas suku.
Pada abad ke-19 misionaris Italia bekerja di antara mereka dan membawa sebagian besar orang Kayan dan Kayaw memeluk agama Kristen Katolik.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- kwintessential.co.uk
- hilltribesmyanmar.com
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku Kayan Lahwi (Padaung), Burma

perempuan Kayan Lahwi
(myanmarmtetours)
Suku Kayan Lahwi, (Padaung), adalah salah satu sub-suku dari rumpun Kayan. Mendiami wilayah di Shan State Selatan dan Kayah State. Perempuan Kayan Lahwi membuat suku ini menjadi salah satu yang paling mudah dikenali dari suku-suku pegunungan Burma. Mereka bermigrasi dari daerah Mongol pada masa lalu, dan saat ini menetap di Burma dan Thailand.

Para perempuan Kayan Lahwi terkenal dengan tradisi cincin-leher dari kuningan, tembaga/ perunggu dan perak di leher mereka sehingga mereka meregangkan leher hingga semakin lama leher akan semakin panjang. Proses ini terdengar brutal, tapi gadis-gadis suku ini memang rela menggunakannya.
Mereka sering disebut sebagai long neck "leher panjang", atau bagi orang asing mereka disebut sebagai "wanita jerapah". Sedangkan orang Kayan yang menetap di provinsi Mae Hong Son di Thailand Utara merasa tersinggung dengan penggunaan istilah "Padaung" atau "suku bukit Karen Leher Panjang". Istilah Padaung (Yan Pa Doung) adalah istilah orang Shan untuk menyebut suku Kayan Lahwi (kelompok suku yang para perempuannya memakai lingkaran pada leher).

Suku Kayan terdiri dari berbagai kelompok, yaitu: Kayan Lahwi, Kayan Ka Khaung (Gekho), Kayan Lahta, Kayan Ka Ngan. Kayan Gebar, Kayan Kakhi dan Kayaw juga kadang dikelompokkan bersama suku Kayan.

anak2 Kayan Lahwi
(myanmargeneva)
Anak perempuan Kayan Lahwi dipasang cincin leher mulai pada usia lima atau enam tahun. Hari yang dipilih untuk ritual ini ditentukan oleh temuan horoscopic dari dukun desa. Leher hati-hati diolesi dengan salep dan pijat selama beberapa jam, setelah itu seorang imam akan memasang bantal kecil untuk mencegah rasa nyeri di balik cincin yang biasanya terbuat dari perunggu. Bantal dilepas setelah beberapa hari. Proses ini terus dilakukan dengan menambahkan cincin berturut-turut setiap dua tahun. Seorang perempuan Padaung pada usia menikah mungkin akan memiliki leher kira-kira 25 cm.

Suku Kayan Lahwi, dan klannya tinggal di lembah-lembah sungai dimanapun mereka bisa diami. Tidak seperti suku-suku lain, 'long-knecked" jarang meninggalkan desa mereka.

Rumah berbentuk kotak dan rapi, terbuat dari anyaman bambu dan atap ditutupi dengan daun kelapa. Setiap rumah memiliki teras yang luas terbuka dimana orang Kayan Lahwi duduk di untuk memintal tenun tekstil katun, selimut dan tunik dengan alat tenun mereka. Beberapa dinding bambu diwarnai dengan warna biru. Para laki-laki Kayan Lahwi jarang berada di lingkungan rumah karena setiap hari bekerja di ladang merawat tanaman.

Sekilas, orang Kayan Lahwi, tampaknya seperti berasal dari benua yang berbeda dari Asia. Kain penutup kepala mereka berwarna hijau dan ungu, kaftan putih disertai ornamen hiasan bersinar, menyerupai pakaian beberapa suku Afrika atau bahkan menyerupai pakaian orang India dari dataran tua.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com

- aptribes.com
- myanmargeneva.org
- tibetkanagawa.blogspot.com
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

Suku di Formosa, Taiwan

Penduduk asli Taiwan, khususnya yang berada di Formosa, termasuk bangsa Austronesia yang sudah ada di Taiwan sejak beribu-ribu tahun sebelum migrasi bangsa Han pada tahun 1600-an.

Penduduk asli Formosa adalah masyarakat adat Malayo-Polynesia yang telah tinggal di pulau itu dengan bukti arkeologi membuktikan kehadiran mereka telah ada sejak 12.000 hingga 15.000 tahun yang lalu. Bahasa mereka adalah milik keluarga linguistik Austronesia, yang dikenal karena sejarah migrasi mereka dan mendiami wilayah dunia yang membentang dari pulau Madagaskar di barat hingga pulau Paskah di timur dan dari Taiwan di utara sampai Selandia Baru di selatan.

Republik Rakyat Cina menyebut suku-suku bangsa ini sebagai Gaoshan "suku bangsa gunung tinggi" dan menghitung mereka sebagai salah satu suku bangsa resmi dari 56 suku bangsa Tiongkok. Di Taiwan, kata Kaoshan dipakai sebagai istilah untuk merujuk kelompok pribumi yang hidup di pegunungan Taiwan, berbeda dengan istilah Pingpu "suku bangsa ladang".

Dari sekian banyak suku di Taiwan, baru 14 suku yang sudah diakui sebagai suku asli Taiwan.

Sudah Diakui:
    • Central Amis:
      • Haian Ami
      • Hsiukulan Ami
    • Tavalong-Vataan
      • Kwangfu (Kuangfu)
    • Southern Amis:
      • Peinan
      • Hengch'un Amis
      • Taitung
      • ChengKung-Kwangshan, (dialek terdekat dengan Amis Tengah)
      • Falangaw Amis
    • Northern Amis:
      • Nanshi Amis
  • Amis Nataoran
    • Sakizaya (Sakirai), (Sakizaya, diakui sebagai etnis dan bahasa tersendiri)
  • Atayal
    • Sqoleq (Squliq)
    • Ts'ole ' (Ci'uli)
    • Marynax
  • Bunun
    • Randai
    • Tondai
    • Shibukun (Sibukun, Sibukaun, Sibucoon, Sivukun)
    • Bunun Utara (Takitudu, Taketodo, Takebakha, Takibakha)
    • Bunun Tengah (Takbanuao, Takivatan, Takevatan)
    • Bunun Selatan (Ishbukun)
    • Takopulan
  • Kavalan (Kavarawan)
    • Kareovan (Kareowan)
  • Rukai
    • Budai
    • Labuan
    • Tanan
    • Maga
    • Tona
    • Mantauran
    • Lijia
    • (3 dialek, dilaporkan berbeda. Tipologi: VSO)
    • Taai (Saiset Utara), (hampir berasimilasi dengan Atayal)
    • Tungho (Saiset Selatan)
  • Truku (Taroko)
    • Tkdaya (Tgdaya, Tekedaya, Paran)
    • Tuuda (Toda, Te'uda)
  • Tao (Yami) (terkait dengan Batanic di Filipina)
    • Imurut (Imurud)

Belum diakui:
  • Kelompok Hoanya
  • Kelompok Siraiya
    • Taivoan (Tevorang)
    • Lamai

Diyakini bahwa seluruh bahasa dan kebudayaan Austronesia berasal dari Taiwan sejak sekitar 6.000 tahun yang lalu, karena perbedaan yang sangat tajam dengan bahasa-bahasa Austronesia lainnya di Asia sebelah selatan. Bukti linguistik menunjukkan bahwa bahasa-bahasa Formosa lebih beragam di Taiwan daripada bahasa-bahasa Austronesia lainnya di luar Taiwan.

referensi:

Suku di Burma (Myanmar)

Myanmar, adalah nama baru dari Burma. Pada tahun 1989, istilah "Burma" dirubah menjadi 'Myanmar". Burma dikenal sebagai tanah Pagodas. Burma secara alami dikelilingi oleh pegunungan pada ketiga sisinya.
Burma atau Myanmar adalah negeri yang indah dan rumah bagi berbagai kelompok etnis, seperti etnis Cina, India dan Bangladesh, dan merupakan rumah bagi banyak suku bukit Burma, selain dua pertiga dari penduduk Burma.
Suku-suku di Burma adalah:
-  Kachin State 

- Kayah State
  • Kayah (Karenni) 
  • Kayan
    • Kayan Lahwi (Padaung, Ka-Yun)
    • Kayan Ka Khaung (Gheko) 
    • Yin Baw 
    • Zayein
  • Kayaw (Ka-Yaw, Bre Karen)
  • Bwe Karen
    • Kebar
  • Pale
  • Manu Manaw 
  • Yin Talai 
  • Kayinpyu (Karenpyu, Geba Karen) 

- Karen State
  • Karen (Kayin)
    • S'gaw
      • Paku
      • Ta-Hlay-Pwa
      • Monnepwa
    • Pwo
      • Mon Karen (Sarpyu) - Karen Christian
      • Monpwa
      • Shu
    • Bwe
      • Palechi
      • Karenpyu (Kayinpyu)
      • Kebar
  • Kayan

- Chin State
  • Chin 
  • Zomi
    • Khawno 
    • Gunte
    • Gwete (Guite)
    • Ngorn
    • Zizan
    • Sain Zan
    • Zou
    • Tiddim 
    • Tay Zan
    • Dim 
  • Kuki
    • Saung Saing
    • Thado
  • Laimi
    • Kweishin
    • Kwangli
    • Sengtang
    • Za-how
    • Zotung
    • Zo-pe
    • Zahnyet
    • Tapong
    • Taishon
    • Torr
    • Mi-er
    • Lyente
    • Lawhtu
    • Lai (Haka Chin)
    • Laizao
  •  Mara
    • Mara (Miram, Maramagyi)
    • Matu
  •  Chomi
    • Dai (Yindu)
    • Magun
    • Mgan
    • Oo-Pu
    • Rongtu
  • Khami (Mro)
    • Khami
    • Awa
    • Kaungso
    • Panun
    • Laymyo
    • Wakim
    • Anu
    • Kwe-Myi, di Arakan State
    • Mro,         di Arakan State
  • Shomi
    • Saline
    • Asho
  • Mizo
    • Ka-Lin-Kaw (Lushay)
    • Lushei
    • Haulngo
  • Naga
    • Naga
    • Tanghkul
    • Malin
    • Anun
  • Manipur
    • Meithei (Kathe)
  • Nepal
    • Lhinbu
  •  
  • Bre (Ka-Yaw) 
  • Eik-swair 
  • Kebar 
  • Sentang 
  • Yin Gog 

- Bamar
  • Bamar (Burman)
    • Yaw
  • Tavoyan
    • Beik
    • Dawei
  • Yabein 
  • Kadu (Kado)
    • Kadu
    • Ganan
  • Moken 
    • Salon
  • Phon (Hpon) - (Northern Burmish)

- Mon State

- Rakhine/ Arakan State
  • Rakhine (Arakanese)
  • Kamein 
  • Kwe-myi (Khami Chin ethnic group)
  • Daingnet 
  • Maramagyi (Miram, Mara) 
  • Mro (Khami Chin ethnic group)
  • Sakkya (Thet)

- Shan State
  • Shan
  • Tai-Lon (Tai-Yai)
    • Shan
    • Sgan Gyi
    • Tai-Long
  • Tai-Khün
  • Tai-Mao
    • Maw Shan
  • Tai-Lem (Yunnan)
  • Tai-Khamti
    • Khamti Shan
  • Tai-Noi (Thai)
    • Shan Gale
    • Tay-Lay
  • Tai-Yun (Laos)
    • Yun (Laos)
  • Palaung
    • Pale
    • Riang
      • Yin Kya
      • Yin Net
  • Danaw (Danau)
  • Wa
    • Wa
    • Eng
    • Son
  • Tai Loi
  • Danu
  • Taungyo
  • Lahu
    • Lahu
    • Kwi
  • Akha
    • Pyin 
    • Kaw (Akha-E-Kaw)
  • Khamu (Laos)
  • Miao (Hmong)
    • Man Zi
    • Yao
    • Eik-Swair
  • Kokang (Chinese)
  • Intha
  • Pa O (Black Karen)
  • Maingtha (Achang)
  • Taishon

- Lain-Lain
  • Taman
  • Tai-Lian

- Belum Diakui
  • Burmese Chinese 
  • Burmese India
  • Rohingya
  • Panthay 
  • Anglo-Burmese 
  • Gurkha 

baca juga:
- Kelompok Etnis Karen