Suku Kulawi, Sulawesi

tari Rego, suku Kulawi
pic to-kulawi
Suku Kulawi (To Kulawi), adalah suatu masyarakat adat yang hidup di kabupaten Donggala provinsi Sulawesi Tengah.

Suku Kulawi dikelompokkan ke dalam grup Palu Toraja oleh Walter Kaudern. Suku Kulawi memakai bahasa Moma, dan mereka adalah penganut agama Kristen.

Dataran Lindu juga dihuni oleh suku Kulawi, meski merupakan kelompok minoritas dibanding suku lainnya. Dalam jumlah cukup menonjol, Mereka Kulawi tinggal di dusun Kalora desa Tomado. Jumlah mereka sebanyak 19 keluarga. Di wilayah ini, secara spontan mereka mulai pindah ke Lindu sejak 1980-an. Juga terdapat 6 keluarga suku Kulawi mendiami dusun Kangkuro desa Tomado.

Suku Kulawi pemukimannya tersebar di sekitar danau Lindu, dataran Kulawi, dataran Gimpu dan sekitar daerah aliran sungai Koro (sungai Lariang untuk sebutan di Sulawesi Barat dan Tawaelia di daerah Lore).
Wilayah yang dihuni oleh etnis Kulawi tersebut, telah dihuni oleh nenek moyang mereka sejak masa prasejarah. Hal ini terbukti dari beberapa temuan arkeologis yang masih dapat diamati hingga saat ini. Temuan-temuan megalitik ini, ada yang sudah berumur 3000 tahun.
Pada masa lalu, beberapa kelompok kecil suku Kulawi membentuk sebuah kerajaan yang dinamakan Kerajaan Kulawi. Setelah sekian lama berdiri, maka Kerajaan Kulawi menjadi kerajaan besar di wilayah Sulawesi Tengah.

Tahun 1905 di Bulu Momi terjadi perang antara masyarakat Kulawi melawan kolonial Belanda di bawah pimpinan seorang pahlawan Kulawi yaitu Towualangi yang juga disebut Taentorengke. Ketika perang berlangsung, pada pada saat itu pula kolonial Belanda mulai berkuasa di Kulawi untuk menjadikan Kulawi sebagai daerah kerajaan, maka pada tahun 1906 Kolonial Belanda mengangkat Towualangi menjadi raja Kulawi yang pertama. Dan oleh kolonial Belanda wilayah dataran Lindu masuk ke dalam wilayah administrasi Kerajaan Kulawi.

suku Kulawi
pic galeriwisata
Beberapa tradisi dalam masyarakat Kulawi yang saat ini masih dipertahankan, adalah adanya tradisi yang masih dipengaruhi oleh tradisi masa megalitik, antara lain pembuatan baju adat yang dibuat dari kulit kayu dengan menggunakan batu ike sebagai pemukulnya. Lalu ada upacara pemakaman yang masih menggunakan nisan berupa menhir.

Suku Kulawi memiliki beberapa tradisi kesenian budaya yang masih bertahan dan tetap dianggap penting sampai sekarang, yaitu Upacara Rakeho, yang merupakan upacara masa peralihan bagi seorang anak laki-laki dari masa anak-anak menuju dewasa. Upacara ini memiliki kegiatan memotong gigi atau meratakan gigi bagian depan atas dan bagian bawah sampai rata.

Upacara Rakeho telah menjadi tradisi di kalangan suku Kulawi yang diwariskan secara turun-temurun berdasarkan pada kepercayaan asli mereka. Meskipun, sebagian besar dari suku ini telah memeluk agama Islam dan Kristen, namun tradisi ini tetap dipertahankan hingga sekarang. Seorang anak laki-laki yang telah melewati upacara ini berarti dianggap sudah dewasa, sehingga diperbolehkan untuk membentuk sebuah keluarga atau menikah, dan dianggap memiliki kedudukan maupun hak dan kewajiban yang sama sebagaimana anggota masyarakat lainnya. Upacara ini juga bertujuan untuk mencari keselamatan dan keharmonisan bagi keluarga yang bersangkutan setelah menikah kelak.

Suku Kulawi biasanya hidup pada bidang pertanian, seperti tanaman padi di sawah dan ladang. Tanaman lain adalah menanam jagung, ubi. Selain itu mereka juga menanam kopi dan cengkeh, yang menjadi produk utama mereka yangg dijual untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kegiatan lain adalah berburu binatang liar di sekitar hutan di dekat perkampungan suku Kulawi.

sumber bacaan:
  • indonesiawonder: upacara rakeho
  • scribd.com: penelitian bangunan megalitik, kabupaten donggala (lembah kulawi dan lembah palu), provinsi sulawesi tengah
  • septiaku: tumbal plta lore lindu
sumber lain dan foto:
  • to-kulawi.blogspot.com
  • galeriwisata.wordpress.com

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,