Suku Batak Simalungun

suku Simalungun
Suku Batak Simalungun, adalah salah satu dari suku Batak yang mendiami wilayah kabupaten Simalungun provinsi Sumatra Utara.

Suku Simalungun ini berada di antara dua kebudayaan, yaitu suku Batak Toba dan suku Batak Karo, karena wilayah kediaman suku Batak Simalungun ini berada di antara wilayah kedua suku Batak tersebut tadi. Oleh karena itu bahasa Simalungun berada di antara bahasa Toba dan Karo, bisa dikatakan mirip dengan bahasa Toba, tetapi juga mirip dengan bahasa Karo.

Secara budaya dan adat istiadat, suku Simalungun ini berkerabat dengan suku Batak Toba, tetapi menurut pengakuan beberapa tua-tua adat masyarakat Simalungun, bahwa mereka berbeda dengan suku Batak Toba. Mereka mengatakan bahwa mereka berasal dari bangsa yang berasal dari daerah Assam India yang saat ini bernama Asom, sedangkan menurut mereka orang Batak Toba berasal dari daratan Indochina. Kalau anggapan ini benar berarti suku Simalungun kemungkinan berkerabat dengan trio suku (trio naga) di Asom (Assam) India, yaitu suku Manipur, suku Mizoram dan suku Naga. Memang kalau dilihat sekilas kebudayaan trio suku naga di Asom India ini, terdapat kemiripan dengan budaya suku-suku Batak di Sumatra. Dari segi pakaian, dan rumah adat, hanya saja bahasa jauh berbeda, sedangkan tarian dari trio suku naga ini justru mirip dengan tarian dari suku Dayak dari Kalimantan.
Jadi anggapan dari masyarakat suku Simalungun ini masih belum kuat untuk dijadikan patokan bahwa suku Simalungun berasal dari daerah Asom (Assam) India.

Rumah Bolon
rumah adat suku Simalungun
Kalau diperhatikan adat-istiadat dan budaya serta bahasa suku Simalungun, bisa dikatakan 65 % sama dengan adat-istiadat dan budaya serta bahasa dari suku Batak Toba, juga dengan suku Batak Karo. Ini mengindikasikan bahwa suku Simalungun ini dahulunya memang berasal dari suatu tempat yang sama dengan suku Batak Toba dan suku Batak Karo. Hanya saja karena terpisah secara geografis dan terpisah dalam waktu yang lama, maka secara lambat laun terjadi perubahan dalam adat-istiadat, budaya dan bahasa.

Saat ini sebagian kecil dari masyarakat suku Simalungun, sepertinya enggan bila disebut "batak", tetapi sebagian besar masih tetap mengaku disebut sebagai bangsa batak. Hanya saja, kebiasaan umum selama ini memang istilah "batak" sepertinya mengarah kepada satu suku saja yaitu "Batak Toba". Jadi kalau dibilang "batak" berarti "batak toba". Sebenarnya tidak begitu. Masyarakat luar seperti di pulau Jawa juga banyak yang sudah memahami bahwa batak itu bukan hanya "Toba" saja, tetapi terdiri dari 6 klan, bahkan bila dicermati jumlah klan Batak lebih dari 6 klan, seperti suku Alas, Gayo, Singkil, Kluet, Padang Lawas dan lain-lain, juga dianggap dan termasuk dari kelompok klan Batak.

Suku Simalungun berbicara menggunakan bahasa Simalungun sebagai bahasa sehari-hari. Derasnya pengaruh dari suku-suku di sekitarnya mengakibatkan beberapa bagian bahasa suku Simalungun menyerap bahasa Melayu, Karo, Toba dan sebagainya. Pada masa lalu bahasa Batak Toba pernah digunakan oleh masyarakat suku Batak Simalungun, dikarenakan bahasa Batak Toba sebagai bahasa pengantar oleh penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada suku Simalungun ini.
pakaian adat
suku Simalungun

Pada masa lalu suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari "Datu" (dukun) disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada Tiga Dewa yang disebut Naibata, yaitu Naibata di atas (dilambangkan dengan warna Putih),Naibata di tengah (dilambangkan dengan warna Merah), dan Naibata di bawah (dilambangkan dengan warna Hitam). 3 warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.

Orang Simalungun percaya bahwa manusia dikirim ke dunia oleh Naibata dan dilengkapi dengan Sinumbah yang dapat juga menetap di dalam berbagai benda, seperti alat-alat dapur dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus disembah. Orang Simalungun menyebut roh orang mati sebagai Simagot. Baik Sinumbah maupun Simagot harus diberikan korban-korban pujaan sehingga mereka akan memperoleh berbagai keuntungan dari kedua sesembahan tersebut.

Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti (Hindu) dan Sang Buddha yang menunggangi Gajah (Budha).
Aksara yang digunakan suku Simalungun disebut aksara Surat Sisapuluhsiah.

Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan padi dan jagung. Padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Pada masa lalu jual-beli diadakan dengan barter.

sumber:
  • melayuonline.com
  • jayalingga.blogspot.com
  • wikipedia
  • dari segala sumber

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,