Suku Dayak Darok

Suku Dayak Darok (Daro'), adalah salah satu suku dayak yang bermukim di kecamatan Bonti kabupaten Sanggau provinsi Kalimantan Barat. Populasi suku Dayak Darok ini diperkirakan sebesar 1.938 orang.

Pada tahun 1974, kehidupan suku Dayak Darok ini masih hidup terasing, sepertinya pada masa dahulu mereka menjauhkan diri dari kelompok suku dayak lainnya. Pada zaman dahulu suku dayak suka berperang dengan sesama suku dayak lainnya, yang masih menerapkan tradisi kayau, sehingga membuat mereka mencari tempat lebih jauh ke pedalaman.

Saat ini orang Dayak Darok sudah bisa berinteraksi dengan suku dayak lainnya, dan di kecamatan Bonti tempat mereka bermukim saat ini mereka hidup bertetangga dan berdampingan dengan suku-suku dayak lainnya, seperti Dayak Ribun, Dayak Tingin, Dayak Mayau, Dayak Sami dan Dayak Selayang.

Masyarakat suku Dayak Darok berbicara dalam bahasa Dayak Darok. Bahasa Darok ini memiliki ciri-ciri khusus, terdapat bunyi yang tidak lazim dijumpai dalam bahasa-bahasa dayak di kalimantan, khususnya di kabupaten Sanggau, yaitu terdapat bunyi konsonan frikatif bilabial bersuara [B], bunyi konsonan rangkap [d] dan [h] setengah bunyi sehingga menghasilkan bunyi frikatif dental bersuara [D].

Nama Darok sendiri menurut kelompok masyarakat dayak yang hidup di sekitar pemukiman orang Dayak Darok berarti "rawan dikunjungi". Nama Darok ini hakikatnya terkesan menakutkan. Apabila dilihat dari sejarah masa lalu suku Dayak Darok. Wilayah pemukiman suku Dayak Darok sering terkena musibah seperti wabah sampar. Selain itu, banyak mitos yang menceritakan larangan untuk mengunjungi suku ini. Saat sekarang ini pemaknaan bahwa istilah Darok berkesan menakutkan tidak lagi terjadi, karena sebenarnya suku ini terbuka terhadap siapapun dan sangat ramah untuk dikunjungi seperti suku dayak lainnya.

Kehidupan masyarakat suku Dayak Darok sebagian besar masih erat dengan kehidupan alam, seperti membuka ladang dengan pola tebang, tebas dan bakar, di saat senggang tidak ada kegiatan di ladang, para laki-laki akan berburu binatang ke hutan seperti babi hutan atau binatang lain. Selain itu mereka juga mengumpulkan hasil hutan untuk kebutuhan mereka sehari-hari dan menangkap ikan di sungai-sungai yang melintas dekat perkampungan.

sumber:
  • melalatoa, j. 1995. ensiklopedi sukubangsa di indonesia. jilid a--k. jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan.
  • alloy, sujarni, dkk., mozaik dayak: keberagaman subsuku dan bahasa dayak di kalimantan barat, institut dayakologi, pontianak, 2008.
  • kebudayaan-dayak.org
  • wikipedia
  • dan sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,