Marga Suku Batak Toba

DAFTAR MARGA-MARGA SUKU BATAK TOBA

A
Ajartambun
Akarbejadi
Ambarita
Angkat
Aretha
Aritonang
Aruan
B
Bako
Banjarnahor
Banuarea
Barasa
Bagariang
Bakkara
Bangun
Barus
Barutu
Batubara
Butarbutar
Bukit
Brahmana
Bancin
Boliala
C
Capah
Cibro
D
Dalimunthe
Debataraja
Daulay
Doloksaribu
Depari
Damanik
G
Ginting
Girsang
Gultom
Gurning
Gurusinga
Gajah
H
Harianja
Harahap
Hasibuan
Hasugian
Hotmatua
Hutabarat
Hutagaol
Hutahaean
Hutajulu
Hutasoit
Hutapea
Hutasuhut
Hutauruk
Hutagalung
K
Kaban
Kacaribu
Kacinambun
Karokaro
Kasilan
Keloko
Kembaren
Ketaren
Kudadiri
Karo
Karosekali
Kombara
L
Limbong
Lingga
Lubis
Lumbanbatu
Lumbangaol
Lumbannahor
Lumbanpea
Lumbanraja
Lumbansiantar
Lumban
Lumbantoruan
Lumbantungk
M
Malau
Manalu
Manik
Manullang
Manurung
Marbun
Marpaung
Matondan
Meliala
Munthe
Manihuruk
N
Nababan
Nadapdap
Nadeak
Naibaho
Naiborhu
Nainggolan
Naipospos
Napitupulu
Nasution
Napitu
P
Padang
Pakpahan
Pandia
Pandiangan
Pane
Pangaribuan
Pangaribuan Sitoluama
Panggabean
Panjaitan
Parapat
Pardede
Pardomuan
Pardosi
Pasaribu
Perangin-angin
Pinem
Pohan
Pulungan
Purba
R
Rambe
Rajagukguk
Rangkuti
Ritonga
Rumahorbo
Rumapea
Rumasingap
Rumasondi
S
Sagala
Saing
Samosir
Saragi
Saruksuk
Sarumpaet
Sembiring
Siadari
Siagian
Siahaan
Siallagan
Siambaton
Sianipar
Sianturi
Sibabiat
Sibagariang
Sibangebange
Sibarani
Sibayang
Sibero
Siboro
Siburian
Sibuea
Sibutarbutar
Sidabalok
Sidabutar
Sidabungke
Sidahapintu
Sidauruk
Sigalingging
Sihaloho
Sihite
Sihombing
Sihotang
Sijabat
Silaban
Silaen
Silalahi
Silitonga
SinaBang
SimalangO
Simamora
Simandalahi
Simangunsong
Simanjorang
Simanjuntak
Simanungkalit
Simaremare
Simargolang
Simarmata
Simatupang
Simbolon
Simorangkir
Sinabariba
Sinaga
Sinambela
Singarimbun
Sinuhaji
Sinulingga
Sinukaban
Sinukapar
Sinupayung
Sinurat
Sipahutar
Sipayung
Sirait
Siregar
Siringo-ringo
Sitanggang
Sitepu
Sitindaon
Sitinjak
Sitohang
Sitompul
Sitorus
Situmeang
SitumoranG
Situngkir
Solia
Solin
Sormin
Sukatendal
Surbakti
Sinuraya
Sumbayak
T
Tamba
Tambun
Tambunan
Tampubolon
Tanjung
Tarigan
Tarihoran
Tinambunan
Tinendung
Tobing
Togatorop
Togar
Torong
Tumangger
Tumanggor
Turnip
Turutan
Tigalingga
U
Ujung

Apabila ada marga yang belum tercantum, mohon koreksi dan masukannya.

Lihat juga : asal usul orang batak


sumber :
- sirajabatak.com
- Tobing79

Asal Usul Suku Batak Toba menurut Mithology Batak

Menurut keyakinan cerita turun temurun dari mulut ke mulut sejak zaman nenek moyang suku Batak Toba berasal dari sepasang manusia yang diturunkan dari surga.

Si Boru Deak Parujar diturunkan dari surga oleh Debata Mulajadi Nabolon dan dikawinkan dengan Raja Odap-odap yang juga berasal dari surga. Dari perkawinan ini lahirnya sepasang insan yang bernama si Raja Ihat Manisia dan Si Boru Ihat Manisia. Kemudian keduanya menikah dan melahirkan tiga orang anak yaitu Raja Miok-miok, Patundal Na Begu dan si Aji Lapas-lapas.
Menurut pustaka Batak hanya keturunan si Raja Miok-miok yang diketahui, sedangkan Patundal Na Begu dan si Aji Lapas-lapas tidak terdapat satupun informasi mengenai keduanya.
Si Raja Miok-miok mempunyai anak bernama Eng Banua, dan Eng Banua mempunyai tiga orang anak yang bernama Raja Bonang-bonang (Eng Domia), si Raja Atseh dan si Raja Jau.
Mengenai si Raja Atseh dan si Raja Jau juga tidak ditemukan satu informasi mengenai keberadaannya, hanya beberapa spekulasi dari peneliti yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Kemungkinan si Raja Atseh merantau ke tanah Aceh dan si Raja Jau merantau ke tanah Minangkabau atau tanah Jawa.

Disebutkan Raja Bonang-bonang memiliki seorang anak bernama Tantan Debata. Si Tantan Debata menurunkan seorang anak yaitu si Raja Batak. Si Raja Batak ini lah yang diyakini sebagai orang Batak pertama yang menurunkan dua orang anak yatu Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Dari keturunan kedua orang ini lah berkembang menjadi marga-marga dalam suku Batak Toba.

Urutan keturunan dari Debata Mulajadi Nabolon
  • Debata Mulajadi Nabolon
  • menurunkan
  • si Boru Deak Parujar kawin dengan Raja Odap Odap
  • menurunkan
  • si Raja Ihat Manisia dan si Boru Ihat Manisia
  • menurunkan
  • Raja Miok Miok, Patundal Na Begu dan si Aji Lapas-lapas

  • Raja Miok Miok
  • menurunkan
  • Eng Banua
  • menurunkan
  • Eng Domia (Raja Bonang Bonang), si Raja Atseh, si Raja Jau

  • Eng Domia
  • menurunkan 
  • Tantan Debata
  • menurunkan
  • si Raja Batak
  • menurunkan
  • Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon dan Toga Laut
  • dari ketiga orang ini lah yang menurunkan
  • orang-orang Batak Toba beserta marga-marga


sumber:
  • Buku Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba hingga 1945: Suatu Pendekatan Antropologi Budaya dan Politik; Bungaran Antonius SimanjuntakDaftar Dinasti di Tanah Batak
  • bachtiardppardede.wordpress.com
  • jackson-jacki-orang-batak.blogspot.com

Rumpun Marga Suku Batak Toba

Marga Batak Toba adalah marga pada Suku Batak Toba yang berasal dari daerah di Sumatera Utara, terutama berdiam di Kabupaten Tobasa yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Laguboti, dan sekitarnya. Orang Batak selalu memiliki nama marga/keluarga. Nama / marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.

Asal-Usul Marga
Menurut kepercayaan bangsa Batak Toba, induk marga dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatea Bulan sendiri mempunyai 5 (lima) orang putra yakni Raja Uti (Raja Biakbiak), Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Malau Raja. Sementara Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yakni Tuan Sorimangaraja, Si Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang.
Dari keturunan (pinompar) mereka inilah kemudian menyebar ke segala penjuru daerah di Tapanuli baik ke utara maupun ke selatan sehingga munculah berbagai macam marga Batak.
Legenda mengenai bagaimana Si Raja Batak dapat disebut sebagai asal mula orang Batak masih perlu dikaji lebih dalam. Sebutan istilah 'Si Raja Batak' sepertinya hanyalah sebuah gelar untuk menyatakan sebagai orang Batak pertama, sedangkan nama sebenarnya sampai saat ini belum dapat diketahui.

Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Tobasa, dan Samosir sekarang tidaklah semuanya Toba. Sejak masa Kerajaan Batak hingga pembagian wilayah yang didiami suku Batak ke dalam beberapa distrik oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), suku Batak Toba dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar Tanah Batak, yaitu:
- Batak Samosir (Pulau Samosir dan sekitarnya)
- Batak Toba (Balige, Laguboti,Porsea, Parsoburan, Sigumpar, dan sekitarnya)
- Batak Humbang (Dolok Sanggul, Lintongnihuta, Siborongborong, dan sekitarnya)
- Batak Silindung (Sipoholon, Tarutung, Pahae, dan sekitarnya)

Hubungan Antar Marga
Hubungan antar marga di masing-masing suku Batak berbeda jenisnya. Pada Suku Batak (Samosir-Toba-Humbang-Silindung) hubungan marga ini dapat dilihat dari asal muasal marga tersebut pada garis keturunan Raja Batak. Semakin dekat dengan Raja Batak, maka semakin dituakanlah marga tersebut. Dua orang yang bermarga sejenis (tidak harus sama) secara hukum adat tidak diperbolehkan untuk menikah. Pelanggaran terhadap hukum ini akan mendapat sanksi secara adat.
Tidak ada pengklasifikasian tertentu atas jenis-jenis marga ini, namun marga-marga biasanya sering dihubungkan dengan rumpunnya sebagaimana Bahasa Batak. Misalnya Simatupang merupakan perpaduan dari putranya marga Togatorop, Sianturi, dan Siburian yang ada di wilayah HUMBANG. Naipospos merupakan perpaduan dari kelima putranya yang secara berurutan, yaitu marga Sibagariang, Huta Uruk, Simanungkalit, Situmeang, dan Marbun yang berada di wilayah SILINDUNG, dan sebagainya.

Tarombo
Silsilah atau tarombo merupakan cara orang batak menyimpan daftar silsilah marga mereka masing-masing dan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai "orang Batak kesasar" (nalilu). Orang Batak khusunya lelaki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

Pembagian Marga Menurut Sub Suku

baca juga:

- marga rumpun batak toba
- asal usul suku batak



sumber :
- sirajabatak.com
- wikipedia
- dan dari beberapa sumber lain.

Suku Gayo

Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Aceh. Suku Gayo secara mayoritas terdapat di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan 3 kecamatan di Aceh Timur, yaitu kecamatan Serbe Jadi, Peunaron dan Simpang Jernih. Selain itu suku Gayo juga mendiami beberapa desa di kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara. Suku Gayo mayoritas beragama Islam. Suku Gayo menggunakan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa Gayo.
Suku Gayo berbeda dengan suku Aceh. Secara fisik, bahasa dan budaya suku Gayo lebih mirip dengan suku Alas, Singkil, Kluet, Batak Karo dan Batak Pakpak.

Sekitar abad 11 Masehi di tanoh Gayo terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Linge (Lingga) yang didirikan oleh orang-orang Gayo pada era pemerintahan Sultan Machudum Johan Berdaulat Mahmud Syah dari Kerajaan Perlak. (dari keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesan dan dari Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang pernah berkuasa sebagai raja di era kolonial Belanda).
Raja Lingga I, disebutkan mempunyai 4 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama Empu Beru atau Datu Beru, yang lain Sebayak Lingga (Ali Syah), Meurah Johan (Djohan Syah) dan Meurah Lingga(Malamsyah).
Sebayak Lingga kemudian merantau ke tanah Karo dan membuka negeri di sana dia dikenal dengan Raja Lingga Sibayak. Meurah Johan mengembara ke Aceh Besar dan mendirikan kerajaannya yang bernama Lamkrak atau Lam Oeii atau yang dikenal dengan Lamoeri dan Lamuri atau Kesultanan Lamuri atau Lambri. Ini berarti kesultanan Lamuri di atas didirikan oleh Meurah Johan sedangkan Meurah Lingga tinggal di Linge, Gayo, yang selanjutnya menjadi raja Linge turun termurun. Meurah Silu bermigrasi ke daerah Pasai dan menjadi pegawai Kesultanan Daya di Pasai. Kesultanan Daya merupakan kesultanan syiah yang dipimpin orang-orang Persia dan Arab.
Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wihni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge, Aceh Tengah. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk.
Penyebab migrasi tidak diketahui. Akan tetapi menurut riwayat dikisahkan bahwa Raja Lingga lebih menyayangi bungsunya Meurah Mege. Sehingga membuat anak-anaknya yang lain lebih memilih untuk mengembara.

Masyarakat Gayo hidup dalam komunitas kecil yang disebut kampong. Setiap kampong dikepalai oleh seorang gecik. Kumpulan beberapa kampung disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim. Sistem pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut sarak opat, terdiri dari:

- Reje
- Petue
- Imem
- Rayat

rumah adat suku Gayo
Saat ini beberapa buah kemukiman merupakan bagian dari kecamatan, dengan unsur-unsur kepemimpinan terdiri atas: gecik, wakil gecik, imem, dan cerdik pandai yang mewakili rakyat.
Sebuah kampong biasanya dihuni oleh beberapa kelompok klen (belah). Anggota-anggota suatu belah merasa berasal dari satu nenek moyang, masih saling mengenal, dan mengembangkan hubungan tetap dalam berbagai upacara adat. Garis keturunan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal. Sistem perkawinan yang berlaku berdasarkan tradisi adalah eksogami belah, dengan adat menetap sesudah nikah yang patrilokal (juelen) atau matrilokal (angkap).
Kelompok kekerabatan terkecil disebut saraine (keluarga inti). Kesatuan beberapa keluarga inti disebut sara dapur. Pada masa lalu beberapa sara dapur tinggal bersama dalam sebuah rumah panjang, sehingga disebut sara umah. Beberapa buah rumah panjang bergabung ke dalam satu belah (klen). Pada masa sekarang banyak keluarga inti yang mendiami rumah sendiri.

kuburan suku Gayo masa lalu
Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat Gayo adalah kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari saman dan seni bertutur yang disebut didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentuk-bentuk kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat. Di samping itu ada pula bentuk kesenian Seperti: Tari bines, Tari Guel, Tari munalu,sebuku(pepongoten), guru didong, dan melengkan (seni berpidato berdasarkan adat), yang juga tidak terlupakan dari masa ke masa.

Masyarakat Gayo juga memiliki berbagai jenis makanan khas suku Gayo yaitu :
- Masam Jaeng
- Gutel
- Lepat
- Pulut Bekuah
- Cecah
- Pengat



diolah dari berbagai sumber

baca juga: