Suku Kubu


Suku Kubu, adalah suat komunitas masyarakat yang bermukim di hutan pedalaman provinsi Jambi.

Ada anggapan yang mengatakan bahwa Kubu dan suku Anak Dalam adalah sama. Memang dilihat dari kebiasaan dan gaya hidup sepertinya kedua kelompok suku ini terlihat sama. Tetapi apabila diperhatikan lebih seksama, ternyata kedua kelompok suku ini berbeda dari segi fisik. Suku Kubu berada di wilayah provinsi Jambi termasuk dalam ras Weddoid, memiliki kulit gelap dan berambut keriting. Sedangkan suku Anak Dalam berada di pedalaman hutan Sumatra Selatan yang memiliki ras Mongoloid, berkulit kuning, dan rambut kebanyakan lurus.

Suku Kubu tersebar di pedalaman hutan provisi Jambi, yang sampai saat ini masih hidup secara nomaden. Mereka memiliki fisik yang termasuk dalam ras Weddoid, berkulit gelap dan berambut bergelombang dan keriting.
.
Suku Kubu ini kadang-kadang juga disebut sebagai suku Anak Dalam. Suku kubu ini sering terlihat melintas di jalan trans sumatra sambil ditemani seekor anjing. Biasanya laki-laki berjalan sambil membawa sebuah tombak berburu. Terkadang mereka membawa akar-akar hutan untuk obat-obatan yang dijajakan kepada penumpang-penumpang bus yang sedang singgah di rumah makan sepanjang jalan trans sumatra.
.
Suku Kubu ini dahulu hidup dalam keterasingan di tengah hutan, tetapi saat ini mereka mulai membuka diri dengan masyarakat sekitarnya, tetapi tetap bertahan untuk tinggal di dalam hutan.

baca juga:

diolah dari berbagai sumber

Suku Mentawai

sedang melaksanakan tarian adat
Suku Mentawai, adalah salah satu rumpun dari Proto Malayan, yang berdiam dan hidup di kepulauan Mentawai. Kepulauan Mentawai terdiri dari pulau Siberut, pulau Sipora, pulau Pagai Utara dan pulau Pagai Selatan.
Pulau Siberut walau paling besar tetapi penduduknya paling sedikit dibanding ketiga pulau lainnya. Agama asli suku Mentawai adalah Sabulungan, tetapi saat ini telah memeluk agama Kristen Protestan dan Kristen Katholik.

Asal usul 
tarian Mentawai
Suku Mentawai, diperkirakan berasal dari Formosa, Taiwan, yang bermigrasi ribuan tahun yang lalu menyeberang lintas samudra, laut dan selat, melewati filipina, kalimantan dan sumatra.
Masyarakat Mentawai sendiri percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari pulau nias selatan, yang mendarat di daerah Simatalu pantai barat pulau Siberut. Secara budaya suku Mentawai berbeda dengan suku Nias, walau dari segi anthropologi sama dengan suku Nias.

Kemungkinan dahulu suku Mentawai hidup berdampingan dengan suku Nias, tetapi karena pertumbuhan penduduk suku Nias yang demikian pesat, sehingga suku Mentawai terdesak ke pesisir dan akhirnya menyeberang ke pulau Siberut dan pulau-pulau sekitarnya.
Banyak anggapan tentang asal-usul suku Mentawai.
Salah satunya seorang peneliti beranggapan bahwa suku Mentawai termasuk ke dalam rumpun bangsa Polinesia.

orang-orang Mentawai
Peneliti lain mengatakan suku Mentawai masuk ke dalam rumpun sukubangsa Proto Malayan seperti suku Batak dan suku Nias yang menyeberang dari daerah asalnya pada gelombang pertama penyebaran Proto Malayan ke pulau-pulau sebelah barat Sumatra.

rumah tradisional Mentawai

Rumah Adat
Suku Mentawai memiliki 3 jenis rumah yang mempunyai fungsi masing-masing.

Rumah adat suku Mentawai adalah :
  • Uma, ditempati 3 sampai 4 keluarga.
  • Lalep, ditempati oleh 1 keluarga.
  • Rusuk,

Budaya Mentawai lebih banyak dipengaruhi antara zaman batu (neolitikum) dan perunggu. Tidak terpengaruh oleh budaya hindu, budha dan islam. Bukti zaman batu adalah adanya peninggalan kapak batu. Suku Mentawai terdiri dari beberapa kelompok yang beranggotakan sepuluh keluarga, yang hidup bersama di rumah panjang. Masing-masing keluarga sebenarnya memiliki tempat tinggal sendiri. Mereka tidak memiliki pemimpin, tetapi mempercayai seorang dukun yang bertanggungjawab memimpin upacara adat. Makanan utama mereka adalah sagu (Metroxylon sagu) yang diolah dengan cara dibakar (berbeda dengan suku-suku di papua, yang sagunya direbus). Babi hutan, kijang, ayam, udang sungai dan monyet, adalah sumber protein bagi mereka. Berburu dengan cara memakai anak panah beracun dan busur, yang terbuat dari batang tebu. Populasi suku Mentawai terbanyak berada di pulau Siberut.

Suku Mentawai memiliki agama asli (Arat Sabulungan) seluruh benda hidup dan segala yang ada di alam mempunyai roh atau jiwa (simagre). Roh dapat memisahkan dari tubuh dan bergentayangan dengan bebas. Jika keharmonisan antara roh dan tubuhnya tidak dipelihara, maka roh akan pergi dan dapat menyebabkan penyakit. Konsep kepercayaan ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kegiatan keseharian yang tidak sesuai dengan adat dan kepercayaan dapat mengganggu keseimbangan dan keharmonisan roh di alam.

Beberapa peneliti sempat menempatkan suku Mentawai ke dalam rumpun Batak, tetapi sebenarnya suku Mentawai dari segi tradisi dan budaya juga mirip dengan suku Dayak di Kalimantan.

sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- buku: melestarikan alam indonesia, karangan jatna supriatna
- tamannasionalsiberut.org
- wikipedia
- dan beberapa sumber lain

baca juga:
- marga suku mentawai

Suku Enggano

Suku Enggano, adalah penghuni asli pulau Enggano dan empat pulau di sekitarnya, adalah pulau-pulau di sebelah barat Sumatra, sebagaimana suku Mentawai dan suku Nias, mereka adalah pembawa budaya Proto Malayan.
Berada di pulau sebelah barat Sumatra dan berseberangan dengan kota Bengkulu dan masuk dalam wilayah propinsi Bengkulu.
.

Suku Enggano terdiri dari 5 puak (sub suku), yaitu :
- Kauno
- Kaitora
- Kaohoa
- Kaarubi
- Kaaruba
Kelima puak ini menggunakan bahasa yang sama.


Asal Usul
sedang melakukan upacara adat
Kisah asal usul menurut cerita rakyat enggano secara turun temurun, adalah berasal dari dua orang pertama yang bernama Kimanipe dan Manipah.
Beberapa peneliti beranggapan suku Enggano termasuk ke dalam rumpun Proto Malayan. Menurut sebuah situs yang cukup populer Joshua Project, suku Enggano dikelompokkan ke dalam People Cluster Batak-Nias of Sumatra. Menurut beberapa peneliti justru terjadi kedekatan antara suku Enggano dengan suku Shompen di Nicobar, karena terdapat kesamaan fisik, kebiasaan hidup dan juga dari segi bahasa.
.
Rumah Adat
Yubuaho
(rumah adat Enggano)
Suku enggano mempunyai rumah adat yang bernama Yubuaho. Rumah adat ini bertingkat dua, berbentuk segi delapan, biasanya berada pada puncak bukit untuk memudahkan pengintaian terhadap musuh.
.
Garis Keturunan
Suku enggano menetapkan perempuan sebagai pewaris suku dan sebagai garis keturunan (matrilineal). Nama marga suku diwariskan berdasarkan marga ibu. Suku Enggano menciptakan garis keturunan matrilineal mungkin karena seringnya terjadi peperangan antar suku dan kegiatan dari para lelaki suku ini.
Segala bentuk warisan berupa harta tidak bergerak seperti rumah dan tanah diwariskan kepada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki hanya diwariskan peralatan pertanian dan senjata tajam. Tetapi jabatan kepala keluarga dan kepala suku tetap dipegang oleh laki-laki.

Jumlah Penduduk
Pada tahun 1866 jumlah penduduk suku Enggano sebanyak 6.420 jiwa. Tetapi pada tahun 1884 terjadi penurunan drastis, jumlah penduduk hanya 840 jiwa. Pada masa itu wabah penyakit menyerang perkampungan suku Enggano, itulah yang disinyalir penyebab penurunan drastis jumlah penduduk suku Enggano, selain akibat seringnya terjadi peperangan antar suku.

Kelima suku Enggano mengangkat Pabuki sebagai koordinator dari kelima suku. Pabuki merupakan orang yang sangat dihormati dan kata-katanya sangat dipatuhi dan dihormati dalam setiap musyawarah adat.

diolah dari berbagai sumber

baca juga:

- kamus bahasa Enggano